Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agroforestri Sawit jadi Solusi Hadapi Krisis Lingkungan

Agroforestri, merupakan kombinasi antara berbagai tanaman pertanian, pohon, dan ternak, dinilai sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan ekonomi dan sosial.
Penampakan buah kelapa sawit tanera yang merupakan hasil persilangan antara sawit dura (betina) dan pisifera (jantan) yang ditampilkan di ICOPE 2025, 12 - 14 Februari 2024. / Bisnis - David Eka Issetiabudi
Penampakan buah kelapa sawit tanera yang merupakan hasil persilangan antara sawit dura (betina) dan pisifera (jantan) yang ditampilkan di ICOPE 2025, 12 - 14 Februari 2024. / Bisnis - David Eka Issetiabudi

Bisnis.com, JAKARTA - Meluasnya perkebunan sawit jadi ancaman serius bagi lingkungan, mulai dari deforestasi, hingga hilangnya keanekaragaman hayati. Tidak hanya itu, perluasan perkebunan sawit juga memengaruhi kesejahteraan sosial. 

Direktur Asia The Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) Sonya Dewi mengatakan bawah persoalan ekspansi ini perlu dicarikan solusi. Mengingat banyak wilayah di Indonesia, lanskapnya telah didominasi oleh perkebunan sawit.

“Hal ini memicu perdebatan global tentang dampaknya terhadap perubahan iklim dan hilangnya spesies. Kita harus memikirkan trade-off yang terjadi akibat ekspansi ini,” ujar Sonya di sela International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, Kamis (13/02/2025).

Kendati demikian, Sonya mengatakan untuk menghadapi tantangan ini, program agroforestri bisa menjadi jalan keluarnya. Menurutnya, dengan land sharing, bisa meminimalkan dampak sosial yang negatif.

Agroforestri, yang merupakan kombinasi antara berbagai tanaman pertanian, pohon, dan ternak, dinilai sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan ekonomi dan sosial. 

“Langkah ini tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga melibatkan banyak stakeholder untuk memperbaiki lingkungan dan sosial,” ujar Sonya. 

Keunggulan agroforestri tidak hanya terletak pada perekonomian. Sonya mengatakan dalam hal produktivitas, agroforestri sawit memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan budidaya sawit murni.

Dengan rasio efisiensi tenaga kerja yang lebih baik, agroforestri dianggap bisa meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi risiko erosi, yang berpotensi menghindarkan tanah longsor. 

Sebelumnya, Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agrobusiness and Food Franky O. Widjaja mengatakan untuk mengoptimalkan lahan, Sinar Mas juga melakukan intercropping atau tumpang sari. Sinar Mas setidaknya menyiapkan 20 ribu hektare (Ha) lahan sawit untuk ditanami padi dan jagung. Lahan sawit tersebut sudah direplanting dan siap ditanami sawit lagi.  

“Tapi kan intercropping itu waktu [pohon sawit] masih kecil. Karena mataharinya masih bisa masuk. Kalau sudah besar, kan nggak bisa dapat matahari. Tapi intercropping ini jadi penting, supaya lahan jadi optimal,” ujarnya. 

Melalui tumpang sari memungkinkan lahan pertanian dapat ditanami dua atau lebih jenis tanaman berbeda saat bersamaan. Secara tidak langsung, hal ini juga mendukung program pemerintah, yakni swasembada pangan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper