Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Sepekan: Aksi Jual Saham Teknologi Guncang Pasar

Aksi jual besar-besaran saham teknologi di pasar saham AS pekan lalu mengguncang kepercayaan investor.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual besar-besaran saham emiten teknologi di bursa AS pekan lalu mengguncang kepercayaan investor, yang kini mengalihkan perhatian mereka ke data ketenagakerjaan mendatang untuk mencari petunjuk tentang ketahanan ekonomi Amerika Serikat.

Jika pasar tenaga kerja tetap solid, hal itu bisa memperkuat kekhawatiran inflasi yang sudah meningkat akibat kebijakan Presiden Donald Trump.

Laporan ketenagakerjaan nonfarm payroll (NFP) Januari 2025 yang dijadwalkan rilis pekan depan akan menjadi indikator utama apakah pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun suku bunga tinggi masih membebani ekonomi AS.

The Federal Reserve pada Rabu mempertahankan suku bunga dengan alasan pertumbuhan ekonomi yang masih kokoh dan inflasi yang belum kembali ke target 2%.

Investor juga mewaspadai kemungkinan ekonomi yang terlalu panas, yang bisa memicu kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan dan imigrasi Trump dapat kembali mendorong lonjakan inflasi.

Sebelumnya, pasar saham Wall Street dilanda aksi jual setelah laporan ketenagakerjaan Desember memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mengambil langkah hati-hati dalam menurunkan suku bunga tahun ini.

"Laporan ketenagakerjaan akan menjadi kunci dalam menentukan apakah pasar tenaga kerja masih kuat tanpa memicu tekanan inflasi yang lebih luas, terutama di sektor jasa," kata kepala strategi pendapatan tetap Nuveen Tony Rodriguez, seperti dikutip Reuters, Senin (3/2/2025).

Sepanjang pekan lalu, saham teknologi mengalami guncangan setelah startup China, DeepSeek, meluncurkan model kecerdasan buatan (AI) dengan biaya murah yang memicu kekhawatiran bahwa valuasi raksasa teknologi AS terlalu tinggi. Meskipun pasar mulai pulih, aksi jual tersebut meredam optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS.

kepala strategi pasar Nationwide Mark Hackett mengatakan investor dihadapkan pada data yang beragam pekan ini, dari berita tentang AI, kebijakan pemerintahan Trump, pertemuan FOMC, hingga laporan keuangan. Hal ini membuat pasar bergerak tidak menentu.

"Fluktuasi tajam di sektor teknologi besar menunjukkan bahwa keseimbangan risiko dan imbalan di sektor ini semakin tipis, sehingga lebih rentan terhadap aksi jual," tambahnya.

Pekan ini, pasar akan mencermati laporan keuangan dari Alphabet dan Amazon, setelah serangkaian kinerja pendapatan yang beragam dari perusahaan besar lain di sektor teknologi raksasa yang disebut "Magnificent Seven".

Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan ekonomi di bawah kepemimpinan Trump, termasuk ancaman tarif tinggi terhadap mitra dagang utama AS, terus menjadi faktor yang membayangi pasar.

Kepala pendapatan tetap Laffer Tengler Investments Byron Anderson mengatakan hal ini yang menyebabkan investor sangat fokus pada data ekonomi pekan ini.

"Ketika pasar diliputi ketidakpastian dan tidak memiliki gambaran jangka panjang, data ekonomi yang akan datang menjadi satu-satunya acuan utama," pungkasnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper