Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi AS Panaskan Harapan The Fed Lanjut Pangkas Suku Bunga

Inflasi inti AS yang lebih rendah dari ekspektasi membuka jalan bagi penurunan suku bunga acuan The Fed yang lebih cepat dari perkiraan tahun ini.
Logo US Federal Reserve Board of Governors di Gedung Federal Reserve (The Fed), Washington DC, Amerika Serikat. / Bloomberg-Samuel Corum
Logo US Federal Reserve Board of Governors di Gedung Federal Reserve (The Fed), Washington DC, Amerika Serikat. / Bloomberg-Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan laju inflasi Amerika Serikat yang semakin melandai dinilai menghidupkan kembali ekspektasi bank sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.

Melansir Bloomberg, Kamis (16/1/2025), Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK/CPI) naik menjadi 2,9% pada Desember 2024 (year on year/YoY) dari November 2024 yang sebesar 2,7%.

Secara bulanan, inflasi AS juga naik menjadi 0,4% dari sebelumnya 0,3% pada November 2024.

Namun, IHK inti yang mengecualikan komponen makanan dan energi tercatat naik 0,2% pada Desember 2024, turun dari bulan sebelumnya sebesar 0,3%. Inflasi inti secara tahunan juga turun menjadi 3,2% dari 3,3% sebelumnya.

Di AS, angka IHK inti menjadi acuan yang lebih representatif terhadap laju inflasi secara keseluruhan karena mengecualikan komponen harga bergejolak.

Penurunan ini menandai perlambatan pertama dalam laju kenaikan inflasi inti selama enam bulan terakhir. Penurunan biaya menginap di hotel, kenaikan yang lebih kecil pada layanan medis, serta pertumbuhan biaya sewa yang melandai menjadi faktor utama yang menahan angka inflasi inti Desember.

Penurunan IHK kembali membuka peluang bahwa inflasi mulai terkendali. Namun, pejabat Federal Reserve membutuhkan lebih banyak bukti berupa data inflasi yang konsisten rendah untuk diyakinkan.

Tekanan harga yang masih ada telah memicu aksi jual besar-besaran di pasar obligasi global dan memunculkan kekhawatiran bahwa langkah The Fed yang melonggarkan kebijakan terlalu cepat di akhir tahun lalu mungkin menjadi salah langkah.

Presiden Federal Reserve Bank of Richmond Tom Barkin mengatakan bahwa data inflasi terbaru menunjukkan kemajuan yang terus berlanjut dalam menurunkan inflasi menuju target 2% bank sentral, namun suku bunga harus tetap dibatasi.

"Data inflasi terbaru melanjutkan cerita yang telah kami sampaikan sebelumnya, yaitu bahwa inflasi turun menuju target. Namun masih ada pekerjaan yang harus dilakukan," kata Barkin seperti dikutip Bloomberg, Kamis (16/1/2025).

Bersamaan dengan laporan tenaga kerja yang kuat pekan lalu, pejabat The Fed diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini. Namun, semakin banyak ekonom yang melihat laporan ini sebagai alasan untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada Maret.

Sebelumnya, sebagian besar pelaku pasar memperkirakan pelonggaran baru akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Kepala analis global Principal Asset Management mengatakan data inflasi Desember 2024 belum cukup bagi The Fed untuk meyakinkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC Januari.

“Namun, jika angka ini diikuti oleh laporan inflasi yang lebih landau bulan depan, ditambah melemahnya data ketenagakerjaan, pemangkasan suku bunga pada Maret bisa kembali menjadi pertimbangan,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg.

Sebagai catatan, The Fed telah memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dengan total 100 basis poin pada 2024. Siklus pelonggaran moneter itu dimulai saat The Fed memangkas FFR sebesar 50 basis poin dari posisi 5,25%-5,5% menjadi 4,75%-5% dalam pertemuan FOMC September 2024.

Selanjutnya, The Fed kembali memangkas suku bunga FFR sebesar 25 bps ke level 4,50%-4,75% dalam pertemuan FOMC November 2024. The Fed juga memangkas suku bunga acuan 25 basis poin dalam pertemuan FOMC terakhir tahun 2024 pada Desember ke kisaran 4,25%-4,50%.

Namun The Fed mengindikasikan jeda penurunan suku bunga acuan pada 2025 mendatang, dengan mengatgakan akan bersikap hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa lebih banyak penurunan suku bunga bergantung pada kemajuan lebih lanjut dalam menurunkan inflasi yang sangat tinggi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan mulai memperhitungkan prospek perubahan ekonomi yang luas di bawah pemerintahan Trump yang akan datang.

“Saya pikir kita berada di tempat yang baik, tetapi saya pikir dari sini ini adalah fase baru dan kami akan berhati-hati tentang pemotongan lebih lanjut,” kata Powell dalam konferensi pers setelah berakhirnya pertemuan FOMC Desember 2024.

The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sejak 2022 dari kisaran level 0% untuk meredakan inflasi AS yang melambung tinggi saat itu. Inflasi AS telah berangsur turun dari level 9,1% pada Juni 2022. Namun hingga saat ini, inflasi masih belum mencapai target The Fed sebesar 2%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper