Belanja dan Utang
Belanja Rp3.350,3 Triliun, Anggaran K/L Melebar
Realisasi belanja negara mencapai Rp3.350,3 triliun selama 2024. Dari jumlah tersebut, belanja kementerian/lembaga mencapai Rp1.315 triliun atau setara 120,6% dari asumsi APBN 2024 senilai Rp1.090,8 triliun.
Artinya, belanja kementerian/lembaga membengkak hingga Rp224,2 triliun dari pagu anggaran 2024 yang telah ditetapkan di awal. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Rachmatawarta menjelaskan pembengkakan tersebut terjadi karena situasi perekonomian yang tidak menentu, khususnya akibat fenomena El Niño yang membuat harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi.
Oleh sebab itu, Kemenkeu memutuskan memberikan tambahan anggaran kepada kementerian/lembaga terkait untuk menyalurkan bantuan pangan kepada masyarakat sehingga harga-harga kebutuhan pokok juga bisa terkendali.
"Kita kemarin memberikan belanja bantuan beras tambahan, kemudian juga daging ayam dan telur, yang kita distribusi selama semester I, kemudian kita lanjutkan lagi di semester ini di Agustus, Oktober, dan September. Itu penyalurannya lewat Bapanas, itu menambah belanja," kata Isa di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2025).
Selain itu, dia menjelaskan kenaikan gaji pegawai negeri sipil pada tahun lalu juga menyebabkan Kemenkeu harus mengeluarkan anggaran tambahan yang cukup besar untuk kementerian/lembaga.
Pembiayaan Utang Ditekan
Realisasi pembiayaan defisit anggaran lewat utang mencapai Rp556,6 triliun selama 2024. Pembiayaan utang tersebut dapat ditekan hingga Rp91,5 triliun dari asumsi APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengaku penurunan pembiayaan lewat utang tersebut didukung oleh pembiayaan non utang yang produktif dan efektif serta pembentukan Silpa (sisa lebih pembiayaan anggaran) sebesar Rp45,4 triliun.
Dia merincikan, tanpa Silpa, defisit anggaran APBN sepanjang 2024 mencapai Rp553,2 triliun. Defisit tersebut ditutup dengan pembiayaan utang Rp556,6 triliun dan non utang Rp-3,4 triliun.
Lebih lanjut, Thomas meyakini minat investor ke surat berharga negara (SBN) lebih baik sepanjang tahun lalu. Dia mencontohkan, bid to cover ratio dalam penerbitan SBN sebesar 2,3 sepanjang 2024.
"Kinerja pasar SBN tetap terjaga baik, yield SBN tetap terkendali dengan spread UST berada pada level relatif rendah. Pasar SBN mencatat inflow Rp 34,59 triliun secara year to date," katanya.