Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menilai paket stimulus ekonomi untuk industri padat karya yang baru saja digulirkan pemerintah masih minim untuk menggairahkan industri.
Ketua Umum Aprisindo Firman Bakri mengatakan, pihaknya mengapresiasi kepedulian pemerintah dengan memberikan paket kebijakan stimulus ekonomi berupa berbagai insentif perpajakan hingga subsidi kredit usaha.
Namun, dia menyayangkan insentif berupa subsidi kredit investasi untuk revitalisasi permesinan di sektor padat karya, tekstil, furnitur, hingga alas kaki, digelontorkan saat permintaan sedang lesu.
“Tapi timing-nya kok ya di saat pasar sedang lesu dan beban biaya bertambah karena kenaikan upah dan PPN, kemudian industri diminta nambah investasi?” kata Firman kepada Bisnis, Selasa (17/12/2024).
Menurut dia, insentif kredit investasi akan sangat efektif jika stimulus tersebut diguyurkan saat pasar sedang ekspansif, sementara saat ini industri masih tertekan lantaran digempur produk impor.
Pelaku usaha alas kaki pun meminta pemerintah untuk menunda kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) 12% tahun depan yang dinilai dapat membebani industri dan konsumen, yang berdampak pada penurunan permintaan.
Baca Juga
Firman menerangkan, kenaikan PPN akan menambah beban konsumen sehingga akan berdampak pada menurunnya kemampuan masyarakat untuk berbelanja.
Untuk menekan beban industri atas dampak kebijakan PPN 12%, pemerintah memberikan insentif untuk industri padat karya, salah satunya berupa dukungan pembiayaan untuk revitalisasi mesin dengan skema subsidi bunga 5%.
“Untuk pembiayaan industri padat karya, ini fasilitas baru, itu pemerintah memberi subsidi untuk kredit investasi, apapun banknya pemerintah subsidi 5% dan ini 5% tentu menjadi bagian daripada platform subsidi yang ada dalam program kredit usaha rakyat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.