Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Stimulus Mulai Terlihat, Indeks PMI Manufaktur China Lanjutkan Pemulihan

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China pada November 2024 mencapai 50,3, level tertinggi dalam 7 bulan terakhir.
Bendera China berkibar dengan latar belakang gedung bertingkat yang ada di Hongkong, China. Bloomberg/ Paul Yeung
Bendera China berkibar dengan latar belakang gedung bertingkat yang ada di Hongkong, China. Bloomberg/ Paul Yeung

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks manufaktur China meningkat secara moderat selama dua bulan beruntun pada November. Hasil positif ini menambah serangkaian data terkini yang menunjukkan bahwa stimulus kilat akhirnya mulai berdampak tepat saat Donald Trump meningkatkan ancaman perdagangannya. 

Data dari Biro Statistik Nasional China pada Sabtu (30/11/2024) mencatat, purchasing managers' index (PMI) manufaktur China pada November 2024 mencapai 50,3. Catatan tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan dan naik dari perolehan Oktober 2024 sebesar 50,1

Dengan demikian, PMI manufaktur China kembali mencatatkan tren ekspansi dan mengalahkan perkiraan median 50,2 dalam jajak pendapat Reuters. 

Laporan PMI menunjukkan total pesanan baru meningkat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada bulan November, sementara pesanan ekspor baru mengalami kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut.

Sentimen di sektor manufaktur China telah tertekan selama berbulan-bulan karena jatuhnya harga produsen dan berkurangnya pesanan, tetapi pembacaan PMI yang positif selama dua bulan menunjukkan pengumuman stimulus meningkatkan sentimen di lantai pabrik. 

Meskipun demikian, hambatan baru dari tarif tambahan AS dapat mengancam sektor industri China tahun depan dan meredam optimisme awal di sektor manufaktur raksasa Asia tersebut.

Meskipun ada beberapa tanda bahwa langkah terbaru para pembuat kebijakan China mungkin memberikan dukungan pada pasar properti yang sedang sakit,  para pejabat kini tengah berlomba untuk membatasi kerentanan ekonomi menjelang masa jabatan kedua Trump sebagai presiden. 

Presiden terpilih AS, Donald Trump mengatakan pada awal pekan ini bahwa dia akan mengenakan tarif 10% pada barang-barang China agar Beijing berbuat lebih banyak untuk menghentikan perdagangan bahan kimia buatan Negeri Tirai Bambu yang digunakan dalam produksi fentanil.

Dia juga mengancam akan mengenakan tarif lebih dari 60% pada barang-barang China saat ia sedang berkampanye, kenaikan yang menimbulkan risiko pertumbuhan yang besar bagi eksportir barang terbesar di dunia.

Ekspor China melonjak lebih dari yang diharapkan pada bulan Oktober, yang oleh para analis dikaitkan dengan pabrik-pabrik yang mempercepat pengiriman ke pasar-pasar utama untuk mengantisipasi tarif lebih lanjut dari AS dan Uni Eropa.

"Perekonomian baru-baru ini stabil karena kebijakan fiskal dan moneter dilonggarkan setelah pertemuan Politbiro pada tanggal 26 September. Namun prospek untuk tahun 2025 masih belum jelas," kata presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhang Ziwei.

"Perang dagang semakin dekat dan akan menunda keputusan investasi oleh perusahaan. Para investor mengharapkan stimulus fiskal tetapi ukuran dan komposisi pengeluaran masih belum pasti," kata Zhang.

Konferensi kerja ekonomi pusat pada bulan Desember dapat memberikan sedikit gambaran tentang prospek kebijakan, tambahnya.

"Indeks PMI terus meningkat pada bulan November, menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang lebih jelas di bagian bawah ekonomi. Efek kebijakan dalam meningkatkan kepercayaan bisnis menjadi lebih kuat," kata analis di Pusat Informasi Logistik China Zhang Liqun.

Namun, dia mengatakan permintaan yang tidak mencukupi masih menjadi kendala utama pada aktivitas produksi perusahaan. Hal itu diperlukan terutama untuk memperkuat dorongan efektif investasi publik pemerintah pada pesanan perusahaan.

PMI nonmanufaktur, yang mencakup konstruksi dan jasa, turun menjadi 50,0 bulan ini, setelah naik menjadi 50,2 pada bulan Oktober. Aktivitas di sektor jasa meningkat secara moderat untuk bulan kedua berturut-turut.

Awal bulan ini, China meluncurkan paket utang 10 triliun yuan atau US$1,38 triliun untuk meredakan ketegangan pembiayaan kota. Itu menyusul bank sentral China pada bulan September yang memperkenalkan stimulus terbesarnya sejak pandemi untuk menarik ekonomi kembali ke target pertumbuhan pemerintah sekitar 5%.

Penasihat kebijakan China merekomendasikan agar Beijing mempertahankan target pertumbuhan yang sama tahun depan dan memperkenalkan lebih banyak stimulus untuk meningkatkan permintaan domestik.

Tanda-tanda awal ekonomi China mulai membaik juga telah terlihat Penjualan eceran, ukuran konsumsi, tumbuh paling tinggi sejak Februari bulan lalu, dan penurunan penjualan properti menyempit, yang mungkin mengindikasikan bahwa sektor yang terkepung itu mulai bangkit kembali.

Namun, produksi industri bulan lalu sedikit melambat dari laju September dan laba industri, indikator yang tertinggal, terus turun, yang menunjukkan betapa sulitnya bagi perusahaan untuk tetap menguntungkan dalam iklim ekonomi saat ini di China.

Sementara itu, survei pabrik Caixin sektor swasta akan dirilis pada Senin (2/12/2024) mendatang dan analis memperkirakan angkanya akan naik menjadi 50,5. PMI gabungan resmi China bulan November, yang mencakup aktivitas manufaktur dan jasa, tetap di angka 50,8 pada bulan November.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper