Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangkit dari Keterpurukan, Pasar Properti China Mulai Bergeliat

Penjualan properti residensial di China mulai mengalami perbaikan pada Oktober 2024, menjadi pemulihan pertama pada 2024 usai pasar properti terpuruk.
Pengembangan perumahan yang sedang dibangun oleh Country Garden di Shanghai, China, 29 Februari 2024. / Reuters-Xihao Jiang
Pengembangan perumahan yang sedang dibangun oleh Country Garden di Shanghai, China, 29 Februari 2024. / Reuters-Xihao Jiang

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan properti residensial di China mulai mengalami perbaikan pada Oktober 2024. Kenaikan ini menjadi yang pertama pada 2024 usai pasar properti China sempat dilaporkan terpuruk.

Melansir laporan Bloomberg, peningkatan perdana itu terjadi usai pemerintah China rutin mengguyur stimulus perumahan yang dinilai ampuh mengembalikan minat para pembeli.

Hasilnya, nilai penjualan rumah baru dari 100 pengembang terbesar di China mengalami kenaikan 7,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) menjadi US$61,2 miliar atau sekitar Rp96,99 triliun (asumsi kurs Rp15.849 per dolar AS).

Posisi tersebut berhasil berbalik dari bulan sebelumnya, yakni ketika September 2024 angka penjualan rumah 100 pengembang terbesar di China itu ambruk 37,7%.

Perbaikan ini terjadi setelah China mengeluarkan paket kebijakan terkuatnya, termasuk memotong biaya pinjaman untuk hipotek yang sudah ada, melonggarkan pembatasan pembelian di kota-kota besar dan melonggarkan persyaratan uang muka.

Namun demikian, perbaikan penjualan properti itu belum terjadi secara merata dan umumnya paling masif dirasakan oleh pengembang pelat merah China.

Berdasarkan pencariannya, penjualan rumah dari enam perusahaan pelat merah Tiongkok tersebut rata-rata naik 26%. Sementara, 13 pengembang swasta dilaporkan tetap mengalami penurunan sebesar 24%.

Analis Bloomberg Intelligence, Kristy Hung, menggarisbawahi bahwa transaksi-transaksi tersebut condong ke arah rumah-rumah bekas dan rumah-rumah yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan BUMN karena kurangnya dukungan fiskal.

Para analis mengharapkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk memastikan target pertumbuhan ekonomi China sekitar 5% tahun ini. Pasalnya, Presiden China Xi Jinping memang sempat menegaskan bahwa pemerintah perlu kembali mencapai target tersebut menjelang pertemuan legislatif penting pekan depan.

Sebelumnya, Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva telah memperingatkan bahwa pertumbuhan tahunan China dapat turun menjadi "jauh di bawah" 4% di depan tanpa adanya reformasi untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Bukan tanpa alasan, kejatuhan properti selama bertahun-tahun telah menghapus miliaran dolar kekayaan rumah tangga, menambah tekanan deflasi.

Adapun, beberapa insentif yang diguyurkan pemerintah China untuk menyelamatkan pasar properti tersebut mulai dari penghapusan pembatasan pembelian properti di kota-kota besar, suntikan fiskal pada pengembang yang bangkrut salah satunya China Vanke Co., hingga Bank sentral China yang menyuntikkan uang senilai US$70 miliar ke pasar uang untuk tetap memastikan kondisi ekonomi China tetap stabil.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper