Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan penjualan ritel pada Desember 2024 tumbuh 18% Yoy, di tengah terjadinya penurunan daya beli.
Vice President Aprindo Fernando Repi mengatakan bahwa pelemahan daya beli membuat konsumen cenderung berusaha untuk selektif memenuhi kebutuhan, termasuk makanan dan minuman (mamin).
Kendati demikian, Repi menyampaikan bahwa penjualan transaksi bisa tumbuh dua digit pada Desember 2024 yang didorong momentum selama Desember, mulai dari hari raya Natal dan libur akhir tahun (Nataru).
“Kami berharap di momentum di akhir tahun ini, bisa mendorong menaikkan transaksi di ritel, termasuk makanan minuman,” ujar Repi saat ditemui di Jakarta, Senin (28/10/2024).
Umumnya, Repi menyampaikan bahwa saat momentum acara besar maka penjualan transaksi diprediksi mampu mencapai dua digit, termasuk saat momen Nataru.
“Kami perkirakan mungkin untuk di akhir tahun ini, khusus untuk akhir tahun, Natal, tahun baru itu, penjualan bisa naik 15–18% dibandingkan tahun lalu, tapi di event ini saja,” katanya.
Baca Juga
Secara keseluruhan, Aprindo memperkirakan transaksi penjualan bisa tumbuh 4–5% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Lebih lanjut, di tengah era kepemimpinan baru, Aprindo berharap Presiden Prabowo Subianto bisa menerapkan kebijakan yang berpihak kepada pengusaha, termasuk kebijakan pangan.
Apalagi, kata dia, transaksi yang terjadi di industri ritel belum pulih maksimal. Maka dari itu, asosiasi berharap pemerintah dapat memberikan relaksasi untuk industri ritel.
“Kami berharap tentu ada relaksasi-relaksasi yang bisa diberikan buat ritel. Bisnis ke depan masih belum baik-baik, transaksi di ritel pun masih belum baik,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Aprindo memproyeksikan pertumbuhan kinerja ritel pada kuartal III/2024 di level 4,7-4,8% (year-on-year/yoy).
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengakui bahwa kondisi pada kuartal III/2024 akan penuh tantangan, sebab suku bunga yang tinggi hingga pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang akan berdampak pada konsumsi di masyarakat.
“Kuartal III lebih menantang, tapi kami enggak bilang ini akan turun. Asal ada mitigasi dan BI Rate bisa turun sehingga suku bunga bisa dikoreksi lagi, kita berharap di angka 4,7-4,8% [yoy]," ujar Roy di Kantor DPP Aprindo, Jumat (28/6/2024).