Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan bahwa Indonesia akan tetap meningkatkan ekspor kelapa sawit hingga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) ke China hingga India. Pasalnya, ekspor Indonesia bergantung pada sawit selama 10 tahun terakhir.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Fajarini Puntodewi mengatakan bahwa untuk saat ini, produk pertanian dan perkebunan masih didominasi dari komoditas kelapa sawit. Adapun, mitra utamanya adalah Amerika Serikat (AS) hingga China.
Untuk AS, misalnya, Fajarini mengungkap bahwa Indonesia mengekspor produk pertanian berupa sawit, karet, dan produk maritim. Di samping itu, Fajarini menyampaikan bahwa pemerintah juga melakukan diversifikasi pasar dengan meningkatkan pasar non-tradisional.
“Ke India juga sekarang sudah tumbuh bagus, itu shifting pasar, sekarang India sudah masuk, dengan demikian juga Filipina,” jelas Fajarini saat ditemui di sela-sela acara Gambir Trade Talk bertajuk ‘Peluang dan Tantangan Peningkatan Kompleksitas Ekspor Produk Pertanian Indonesia’ di Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Adapun, dengan India, Fajarini menyampaikan bahwa Indonesia telah memperkuat kerja sama sawit melalui ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) agar jangkauan pasar Indonesia semakin lebih mudah.
“Kalau pasar ke Eropa kita diterima, apalagi kalau ke negara lain. Kita harus percaya bahwa sawit itu baik,” tuturnya.
Baca Juga
Dia pun meyakini ekspor komoditas sawi masih akan tetap tinggi ke depan. Terlebih, dia menyampaikan bahwa selama 10 tahun terakhir ekspor Indonesia bergantung pada sawit. Meski begitu, pemerintah juga tetap mengekspor komoditas pertanian dan perkebunan lain ke luar negeri.
“10 tahun terakhir, sawit itu paling besar. Jadi ekspor kita bergantung pada sawit,” ungkapnya.
Jika dilihat berdasarkan pengelompokan primer manufaktur dari UNCTAD, Fajarini menyampaikan bahwa pangsa ekspor Indonesia masih cukup besar. Beberapa produk primer utama yang paling banyak diekspor adalah produk pertanian dan hasil olahannya, seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), makanan dan minuman olahan, pulp, bungkil dan pakan ternak, serta karet olahan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap kinerja ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya yang masuk ke dalam komoditas unggulan Indonesia turun pada September 2024.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan pada September 2024.
Pada September 2024, total volume ekspor CPO dan turunannya hanya sebanyak 1,49 juta ton, merosot dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 1,97 juta ton.
Sementara dari sisi harga CPO dan turunannya di tingkat global pada September 2024 mengalami peningkatan menjadi US$932,05 per ton dari bulan sebelumnya sebesar US$898,90 per ton. Kondisi ini berbeda dengan komoditas batu bara, serta besi dan baja yang terus melaju pada September 2024.
“Secara tahunan, ekspor batu bara meningkat, sedangkan besi dan baja serta CPO dan turunannya mengalami penurunan,” ujar Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS Perkembangan Ekspor-Impor September 2024, Selasa (15/10/2024).
Adapun, nilai ekspor CPO dan turunannya kompak mengalami penurunan baik bulanan maupun tahunan. Perinciannya, turun sebesar 21,64% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan sebesar 24,75% secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara kumulatif, nilai ekspor CPO dan turunannya adalah US$1,38 miliar pada September 2024.
Sementara itu, nilai ekspor batu bara terpantau naik sebesar 2,62% mtm dan secara tahunan naik 15,04%. Sedangkan nilai ekspor besi dan baja naik 10,41% mtm, namun turun 4,90% yoy.
Jika ditinjau dari kontribusi, komoditas batu bara sebesar 12,12% pada September 2024. Mengekor, besi dan baja mencatatkan kontribusi sebesar 10,53%, serta CPO dan turunannya dengan kontribusi sebesar 6,62%.
Secara total, BPS menyampaikan bahwa komoditas batubara, besi dan baja, serta CPO dan turunannya memberikan kontribusi sebesar 29,27% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada September 2024.