Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia blak-blakan soal kondisi produksi minyak Indonesia saat ini. Menurutnya, produksi minyak RI saat ini bak langit dan bumi jika dibanding 1997.
Bahlil mengatakan bahwa pada tahun tersebut produksi minyak Indonesia mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari (BOPD). Sementara, konsumsi dalam negeri hanya 600.000 hingga 700.000 BOPD.
Oleh karenanya, Indonesia mampu mengimpor sekitar 1 juta BOPD dan masuk menjadi anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Namun, produksi minyak RI malah terus menurun dari tahun ke tahun. Tercatat, pada 2023 produksi minyak hanya mencapai sekitar 600.000 BOPD.Sedangkan, Bahlil mengatakan konsumsi minyak Indonesia mencapai 1,6 juta BOPD.
Bahlil pun mengatakan kondisi ini berbanding terbalik dengan 1997 saat RI bisa ekspor minyak, sementara saat ini malah impor.
"Jadi kalau 1996-1997 kita ekspor 1 juta barel, di tahun 2023 kita impor 1 juta barel. Ini kondisi bangsa kita," kata Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Baca Juga
Di sisi lain, Bahlil mengatakan ketergantungan impor minyak menjadi beban untuk anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Apalagi, harga minyak dunia masih bergejolak imbas ketegangan geopolitik.
"Harga minyak dunia sejak perang Ukraina-Rusia dan Timur Tengah, ini fluktuatif. Ini satu soal," katanya.
Namun, Bahlil mengaku tak tinggal diam. Dia mengatakan punya sejumlah cara agar lifting minyak Indonesia bisa meningkat. Bahkan, dia menargetkan bisa menambah lifting minyak sebanyak 200.000 BOPD.
"Target kami adalah ke depan, kami bisa menambah sekitar 200.000 barel dengan catatan," ujar Bahlil.
Adapun, catatan yang ia maksud yakni optimalisasi sumur-sumur yang tidak beroperasi alias idle. Lalu, mengoptimalkan sumur-sumur yang ada dengan intervensi teknologi. Kemudian, segera melakukan eksplorasi.
Ketua Umum Golkar itu memaparkan saat ini terdapat 16.990 sumur idle. Dari jumlah tersebut, terdapat 4.495 sumur yang memiliki hidrokarbon potensial. Dengan kata lain, sumur tersebut masih bisa digunakan kembali. Lalu, terdapat 7.502 sumur yang masih dalam proses reviu. Sementara itu, 4.993 sumur idle sisanya tidak memiliki potensial hidrokarbon.