Bisnis.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengatakan sejumlah kota telah melirik Kereta Otonom Tanpa Rel (Autonomous Rail Transit/ART) sebagai moda transportasi massal.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal mengaku beberapa kota sudah mulai meminta ART sebagai angkutan perkotaan seperti Semarang, Bali, Surabaya dan Bogor. Namun, ART masih dalam tahap pengujian.
“Kami masih melakukan pengujian, memastikan bahwa ART ini memang layak dan bisa digunakan di Indonesia. Sudah banyak daerah yang minta [ART],” kata Risal kepada wartawan, Selasa (1/10/2024).
Risal menambahkan ART memiliki kelebihan terutama bagi pemerintah daerah. Dia mengatakan Pemerintah daerah akan lebih mampu melakukan pembiayaan ART karena tidak perlu membayar infrastruktur.
Lebih lanjut, Risal menyampaikan infrastruktur yang dibutuhkan ART hanya jalan yang sudah dilengkapi markah. Nantinya Pemda hanya akan menambah markah serta sistem charging untuk operasi kereta otonom tersebut.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan kereta otonom tanpa rel di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara diadopsi di kota-kota besar lainnya.
Baca Juga
“Tadi sudah saya gunakan. Kalau kita pakai trem [kereta] otonom memang jalan harus lebar, dan jalan di IKN memang sudah didesain lebar, mencukupi untuk itu. Kota-kota lain di Indonesia saya kira semuanya membutuhkan transportasi massal yang berbasis energi hijau. Seperti contohnya Surabaya, Makassar, Medan, Bandung, saya kira sudah memerlukan transportasi massal seperti ini,” kata Jokowi dalam keterangan resmi, Selasa (13/8/2024).
Jokowi mengatakan salah satu kelebihan dari penggunaan trem otonom adalah biaya yang relatif murah. Sebab, pengoperasian trem otonom tidak berbasis rel dan cukup menggunakan jalan yang sudah ada, sehingga tidak membutuhkan pembangunan infrastruktur.
Dia melanjutkan kereta otonom menghabiskan investasi sebesar Rp74 miliar satu unit rangkaian yang terdiri dari 3 gerbong. Kemudian untuk MRT, per kilometernya Rp2,3 triliun. Sementara investasi membangun LRT kurang lebih mencapai Rp700 miliar per kilometer.