Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Tekanan Capital Outflow Mereda usai The Fed Pangkas Suku Bunga

Sri Mulyani menyoroti tren aliran modal asing sudah mulai pulih di masa menjelang penurunan suku bunga The Fed, baik di pasar saham maupun SBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajaran wakil menteri keuangan dan para eselon I Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024). /Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta jajaran wakil menteri keuangan dan para eselon I Kementerian Keuangan dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (23/9/2024). /Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tekanan capital outflow atau aliran keluar modal asing berangsur menurun dan berbalik menjadi inflow usai Fed Fun Rate (FFR) turun sebesar 50 basis poin (bps) pada pekan lalu.

Sri Mulyani menyoroti tren aliran modal asing ini sudah mulai pulih di masa menjelang penurunan FFR pada Agustus lalu, baik di pasar saham maupun Surat Berharga Negara (SBN).

“Agustus inflow melonjak lebih tinggi lagi dan pada September sampai dengan tanggal 19 mengalami positif flow untuk SBN maupun dari sisi saham,” ungkapnya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (23/9/2024).

Bendahara Negara menjelaskan, secara tahun berjalan atau year to date (ytd), aliran modal masuk ke dalam SBN senilai Rp21,39 triliun. Sementara untuk pasar SBN pada September saja, masuk senilai Rp11,13 triliun.

Di pasar saham, inflow khusus September mencapai Rp27,87 triliun. Sedangkan secara tahun berjalan, inflow untuk capital market dari sisi saham mencapai Rp57,72 triliun.

Alhasil, derasnya aliran modal yang masuk berdampak pada nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan dari sebelumnya sempat menembus Rp16.000 per dolar AS, per 20 September 2024 di angka Rp15.287 per dolar AS.

“Itu kondisi cukup positif. Kami harapkan pada kuartal III/2024 dan kuartal IV/2024, tren positif dari ekonomi paling tidak tensi menurun dari sisi indikator ekonomi meski geopolitk masih sangat berat,” ucapnya.

Faktanya, eskalasi perang masih cukup tinggi sementara pelemahan ekonomi di negara-negara besar masih terjadi. Utamanya, di Eropa, Jepang, dan China. Meski demikian, terdapat harapan ekonomi AS akan terjadi soft landing.

Harapannya untuk dalam negeri, dengan operasi APBN hingga akhir tahun nanti dapat memberikan momentum positif bagi perekonomian dalam negeri.

Sejalan dengan hal tersebut, suku bunga BI Rate pun telah dilakukan pemangkasan sebesar 25 basis poin pada pekan lalu. Dengan demikian, BI Rate menurun dari 6,25% menjadi 6%.

Ke depan, Bank Indonesia masih membuka peluang pemangkasan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper