Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Insentif PPN DPT hingga Jungkir Balik Produksi Migas

Insentif PPN DPT hingga jungkir balik produksi migas menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id.
Top 5 News. Sumber: Canva
Top 5 News. Sumber: Canva

Bisnis.com, JAKARTA— Diberlakukannya kembali insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100% diyakini akan mendorong permintaan properti hunian terutama rumah tapak.
Insentif PPN DPT hingga jungkir balik produksi migas menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id edisi Senin (2/9/2024). Berikut berita selengkapnya:
1. Pengembang Pacu Penjualan Rumah Siap Huni Dengan Insentif Bebas Pajak
Untuk diketahui, sejak November hingga kini, pemerintah memberikan insentif PPN DTP untuk pembelian hunian primary atau baru komersial non subsidi hingga seharga Rp5 miliar. Meskipun penerima insentif PPN DTP untuk pembelian rumah hingga Rp5 miliar, namun stimulus bebas PPN yang berikan tetap sebatas Rp2 miliar.
Artinya, apabila membeli rumah dengan harga Rp2 miliar, maka PPN 100% ditanggung oleh pemerintah. Namun jika membeli rumah dengan harga Rp5 miliar, maka pemerintah tetap memberikan insentif PPN namun dengan batas Rp2 miliar saja sehingga konsumen hanya membayar PPN sebesar 11% untuk sebesar Rp3 miliar.
Dalam pasal 2 PMK nomor 7/2024, PPN yang terutang atas penyerahan rumah tapak dan satuan rumah susun yang memenuhi persyaratan ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2024. Adapun rumah tapak berupa bangunan gedung berupa rumah tinggal atau rumah deret baik bertingkat maupun tidak bertingkat termasuk bangunan tempat tinggal baru yang sebagian dipergunakan sebagai toko atau kantor. Sementara itu, satuan rumah susun (rusun) yang dimaksud berfungsi sebagai tempat hunian.
PPN DTP diberlakukan 100% untuk periode November 2023 hingga Juni 2024. Selanjutnya, mulai Juli 2024 hingga Desember 2024, PPN DTP yang diberikan adalah sebesar 50%.
Kemudian, pada 27 Agustus, pemerintah memutuskan memberikan insentif PPN DTP sebesar 100% mulai 1 September hingga 31 Desember 2024.
2.IAF 2024 dan Momentum Indonesia-Afrika Perkuat Kerja Sama Energi
Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 yang diselenggarakan di Bali pada 1—3 September 2024 mendatang menjadi momentum bagi Indonesia dan negara-negara Afrika untuk memperkuat kerja sama di sektor energi.
Sejauh ini, kerja sama bisnis Indonesia dengan Afrika telah menyentuh sejumlah proyek, di antaranya ekspor vaksin ke 41 negara Afrika, pembangunan pabrik mi instan di Nigeria, pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar yang akan menambah kilang di Afrika, serta ekspor alat pertanian dan pupuk Indonesia ke beberapa negara Afrika.
Sementara untuk tahun ini, IAF fokus pada sejumlah sektor seperti pangan, energi, kesehatan, dan mineral, sejalan dengan isu-isu menyangkut transformasi ekonomi, energi dan pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, serta kerja sama pembangunan.
“Dalam forum tahun ini, beberapa pemuatan kerja sama ekonomi akan dilakukan dengan beberapa kesepakatan,” kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani dalam Konferensi Pers Persiapan IAF 2024 dan HLF MSP, Minggu (1/9/2024).
Di sektor energi, Kadir mengungkapkan adanya sejumlah kesepakatan yang akan dilakukan dalam rangka penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Afrika melalui agenda IAF 2024.
Salah satu di antaranya adalah kesepakatan dalam hal pengelolaan panas bumi dan tenaga matahari. Nantinya, akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) pengembangan geotermal antara PT PLN (Persero) dan Tanesco, Tanzania.
3.Gelagat Lesunya Sendi-Sendi Kelas Menengah di Industri Perbankan
Potret penurunan kasta kelas menengah ternyata tergambar di industri perbankan, dari sisi kinerja kredit hingga simpanan.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet menyebutkan bahwa penurunan kekuatan kelas menengah memberikan dampak krusial terhadap banyak sektor. Dari sisi konsumsi, kemampuan kelompok menengah ini berdampak pada sektor ritel, pariwisata, bahkan perbankan. Pada akhirnya, hal ini melemahkan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
"Penurunan permintaan kredit sedikit banyak juga akan ikut memengaruhi kinerja di sektor keuangan," ujar Yusuf, Jumat (30/8/2024).
Menurutnya, hal itu tergambar dengan potret melandainya pertumbuhan kredit konsumsi. Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), Jumat (23/8/2024), total kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank pada periode kali ini ialah sebesar Rp2.108,1 triliun atau tumbuh 10,6% secara tahunan (year-on-year/YoY). Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian pada Juni 2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,2% YoY dengan nominal total Rp2.088,7 triliun.
Perlambatan justru terjadi pada kredit kendaraan bermotor alias KKB. Penyaluran kredit kendaraan bermotor pada Juli 2024 tercatat sebesar 7,9% YoY, lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya dengan angka 8,1% YoY. Total nilai KKB yang disalurkan pada Juli 2024 tercatat sebanyak Rp137,2 triliun.
Sementara itu, kredit konsumsi lainnya, seperti multiguna dan kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh makin kuat pada periode yang sama. Kredit multiguna tumbuh 8,7% YoY pada Juli 2024 dan 6,8% YoY pada Juni 2024. Lalu, KPR tumbuh 9% YoY dari bulan sebelumnya sebesar 8,8% YoY.
4. Simak Proyeksi Inflasi pada Agustus 2024 dari Ekonom
Ekonom memproyeksi bahwa inflasi mewarnai kondisi ekonomi pada Agustus 2024 yang didorong oleh harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan emas.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan inflasi pada Agustus 2024 akan meningkat sebesar 0,09% secara bulanan (month-to-month/MtM) dan 2,24% secara tahunan (year-on-year/YoY).
"Peningkatan inflasi pada Agustus terutama didorong oleh naiknya harga BBM nonsubsidi dan Pertamax yang mulai berlaku efektif di awal bulan. Selain itu, harga emas juga masih mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya, yang berpotensi meningkatkan harga emas perhiasan, sebagai salah satu komponen inflasi inti," ujar Banjaran kepada Bisnis pada Minggu (1/9/2024).
Banjaran juga mencatat bahwa harga pangan secara umum masih cenderung meningkat. Dia turut mengingatkan pentingnya menjaga harga administered price atau komponen harga yang diatur pemerintah, agar tidak menekan daya beli masyarakat.
"Subsidi yang tepat sasaran perlu makin dipertajam," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan perkembangan tingkat inflasi dan deflasi Indonesia untuk Agustus 2024 pada Senin (2/9/2024). BPS akan merilis pula data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode yang sama.
Sebelumnya, BPS mencatat bahwa inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2024 sebesar 2,13%, turun dari 2,51% pada bulan sebelumnya. Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menjelaskan bahwa komoditas cabai rawit mengalami inflasi bulanan sebesar 14,28%, memberikan andil sebesar 0,04% terhadap inflasi keseluruhan.
5.Jungkir Balik Menggenjot Produksi Migas
Penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas) secara alamiah atau natural decline yang masih terjadi tidak menyurutkan semangat pemerintah untuk terus mengoptimalkan produksi. Kendati angka produksi migas yang ditargetkan juga kian turun, pemerintah tetap berupaya mencapai target tersebut.
Berbagai cara dan strategi disiapkan pemerintah dalam upaya peningkatan produksi migas di dalam negeri, mulai dari mengaktifkan kembali (reaktivasi) sumur menganggur (idle), intervensi teknologi, hingga menyiapkan sejumlah insentif bagi hulu migas.
Ariana Soemanto, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa saat ini kontribusi lifting maupun produksi minyak nasional yang paling besar berasal dari PT Pertamina Hulu Rokan.
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bidang usaha hulu migas di bawah Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tersebut, kata Ariana, menyumbang sebesar 157.000 barel per hari (bopd). Selain PHR, ExxonMobil Cepu berada di posisi ke dua terbesar penyumbang minyak nasional, yakni sekitar 143.000 bopd.
“Produksi minyak dari Pertamina Grup jika ditotal menyumbang sekitar 60%, belum termasuk non-operating aset. Untuk mendukung target produksi nasional tahun depan, Pertamina Hulu Rokan direncanakan berkontribusi sekitar 165.000 barel per hari,” ujar Ariana dalam keterangannya, Minggu (1/9/2024).
Terkait dengan strategi reaktivasi sumur dan lapangan idle, jelasnya, Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dan Pertamina telah melakukan pembahasan teknis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper