Bisnis.com, MANGUPURA - PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE) dan Guma Africa Group Limited berencana untuk mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) di Afrika Selatan. Potensi nilai kerja samanya diperkirakan mencapai US$1,7 miliar.
Direktur Pertamina NRE John Anis mengatakan, pengembangan proyek kelistrikan tersebut diperkirakan akan memiliki kapasitas sebesar 2 x 800 megawatt (MW) atau hampir setara dengan PLTGU Jawa-1 yang berkapasitas 1.760 MW.
"Kalau kita menggunakan ini sebagai referensi, mungkin nanti investasinya sekitar US$1,7 miliar, kurang lebih seperti itu. Tapi nanti kita akan menyesuaikan dengan lokal konteksnya ya," kata John saat ditemui di sela agenda Indonesia Africa-Forum (IAF) 2024, Senin (2/9/2024).
Jumlah investasi yang ditanamkan oleh PNRE yang setara Rp26,4 triliun itu bisa jadi berubah mengikuti pergerakan harga material dan biaya operasional di kawasan tersebut.
Di samping itu, John juga memperkirakan berdasarkan studi sejauh ini, pembangunan pembangkit listrik berbasis gas itu dapat rampung dalam waktu 18-24 bulan.
"Kalau dari kami maunya secepat mungkin, tentu saja akan disesuaikan dengan rencana yang ada di South Africa sendiri. Jadi sekarang ini memang kita harus nanti melihat data lebih detail," tuturnya.
Baca Juga
Dengan pengalaman PNRE dalam membangun PLTGU Jawa-1, John optimistis Pertamina dapat membantu negara tersebut untuk melakukan transisi energi. Terlebih, di sektor kelistrikan, dia menilai Afrika Selatan masih kekurangan pasokan.
Di samping itu, John menuturkan, untuk memasok gas yang diperlukan dalam proyek PLTGU tersebut akan menggunakan liquefied natural gas (LNG) dengan konsep floating storage regasification unit (FSRU).
"Jadi menerima LNG, kita convert jadi gas, gasnya nanti masuk ke gas engine untuk menjadi listrik," tuturnya.
Namun, John menuturkan, terdapat beberapa risiko untuk pengembangan proyek di Afrika misalnya tantangan geopolitik, risiko fiskal yang berkaitan dengan risiko ekonomis sehingga harus dimitigasi.