Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri Melemah, Ekonom Sebut Dukungan Pemerintah Masih Terbatas

Produksi industri manufaktur nasional disebut mengalami kontraksi pada Agustus 2024.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi industri manufaktur nasional disebut mengalami kontraksi pada Agustus 2024. Hal ini ditenggarai biaya input bahan baku yang meningkat disebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah. 

Hal tersebut tampak dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang stagnan di level 52,40 pada Agustus 2024. Namun, variabel produksi mengalami kontraksi 2,90 poin menjadi 46,54. Sementara itu, variabel pesanan baru dan persediaan produk masih di ambang batas ekspansi. 

Ekonom Center Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, tertahannya produksi pada awal kuartal ketiga tahun ini juga disebabkan tidak adanya dorongan dari konsumsi masyarakat sehingga industri lebih memilih untuk menahan produksi. 

"Dalam jangka pendek terutama rentan beberapa bulan ke depan memang ruang gerak pemerintah dalam menyediakan stimulus akan relatif terbatas," kata Yusuf kepada Bisnis, Kamis (29/8/2024). 

Tak hanya itu, Yusuf juga melihat upaya pemerintah dalam menekan angka impor dalam tujuan untuk meningkatkan daya saing industri itu masih menemui beberapa tantangan. 

Salah satunya terlihat dari indsutri tekstil yang masih dalam fase kontraksi dalam 3 bulan berturut-turut. Padahal, menurut Yusut, subsektor industri tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang strategis, terutama jika dengan kontribusi ke perekonomian secara umum.

"Jika upaya pemerintah dalam menahan laju impor ilegal bisa berhasil dalam sisa bulan sampai Oktober nanti saya kira momentum Pilkada juga bisa dijadikan sebagai momentum untuk mendorong kinerja produksi dari industri tekstil dan produk turunannya," tuturnya. 

Momentum Pilkada 2024 dinilai akan menjadi angin segar bagi manufaktur nasional. Industri makanan dan minuman, tekstil, hingga kertas dan percetakan menjadi sebagian subsektor yang akan menadah berkah perputaran ekonomi selama agenda tersebut berlangsung. 

"Kami kira untuk Oktober nanti di mana momentum pilkada diselenggarakan akan menjadi faktor yang bisa mendorong aktivitas dari industri secara umum," imbuhnya. 

Dalam hal ini, subsektor industri makanan dan minuman juga merupakan salah satu subsektor industri yang berpotensi meningkatkan kapasitas produksinya selama peralatan Pilkada serentak mendatang. 

Namun, upaya menjaga daya beli masyarakat dengan mempertahankan level harga untuk komoditas yang sifatnya strategis akan ikut mempengaruhi secara tidak langsung kinerja industri dalam beberapa bulan ke depan. 

"Harapannya dengan harga yang bisa dikontrol di level yang stabil industri bisa memanfaatkan momentum akhir tahun di mana libur akhir tahun juga bisa ikut menggerek kinerja beberapa subsektor industri," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper