Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut dunia usaha tengah melakukan langkah-langkah antisipasi di tengah memanasnya tensi politik antara Iran dan Israel. Hal inilah yang menjadi pemicu naiknya impor bahan baku/penolong dan barang modal pada Juli 2024.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam menyampaikan, saat ini hampir semua perusahaan meningkatkan cadangannya baik itu bahan baku maupun lainnya. Mengingat situasi Timur Tengah saat ini dapat mengganggu jalur logistik.
“Kita sih melihatnya itu, mengantisipasi situasi geopolitik yang terjadi,” kata Bob kepada Bisnis, di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan [Kemnaker], Kamis (15/8/2024).
Selain itu, Bob mengharapkan meningkatnya impor yang bersifat produktif menjadi tanda bahwa ekonomi menggeliat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, impor bahan baku/penolong mencapai US$16,03 miliar pada Juli 2024. Nilai tersebut secara bulanan meningkat sebesar 17,21% (month-to-month/mtm) dan naik 15,71% (year-on-year/yoy).
Impor barang modal juga tercatat naik. BPS mencatat, impor barang modal mengalami peningkatan sebesar 21,21% mtm menjadi US$3,64 miliar, sedangkan secara tahunan meningkat 2,04% dari US$3,56 miliar pada Juli 2023.
Baca Juga
Di sisi lain, kenaikan impor bahan baku/penolong pada Juli turut membuat surplus perdagangan Juli 2024 menyempit drastis menjadi US$500 juta, dibandingkan US$2,4 miliar pada bulan sebelumnya.
Meski neraca dagang menjadi tidak imbang, Bob menyebut bahwa peningkatan impor yang sifatnya produktif ini nantinya akan menghasilkan barang dan jasa untuk di ekspor.
“Harus didorong, harus dibantu. Ya walaupun kelihatan neracanya menjadi tidak imbang, tetapi kan nanti dalam bentuk ekspor lebih bagus,” ujarnya.
Selain itu, barang dan jasa yang dihasilkan juga dijual di dalam negeri sehingga dapat mensubstitusi impor.
“Jadi menurut saya sih untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya produktif, kita harus dorong,” pungkasnya.