Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Impor Pakaian Jadi Juli 2024 Melonjak, Mayoritas dari China hingga Vietnam

Sebagian besar impor pakaian jadi berasal dari China, Vietnam, Bangladesh, Hongkong dan Maroko.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam penyampaian Berita Resmi Statistik Ekspor Impor di kantor Pusat BPS, Jakarta pada Kamis (15/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam penyampaian Berita Resmi Statistik Ekspor Impor di kantor Pusat BPS, Jakarta pada Kamis (15/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan impor pakaian jadi pada Juli 2024.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut kenaikan volume impor terjadi pada produk pakaian dan aksesoris rajutan (HS 61), serta produk pakaian dan aksesoris bukan rajutan (HS 62).

"Secara bulanan HS 61 ini naik 55,46% [month-to-month/mtm] dan hs 62 naik 29,01% [mtm]," ujar Amalia, Kamis (15/8/2024).

Dia membeberkan, sebagian besar impor pakaian jadi itu berasal dari China, Vietnam, Bangladesh, Hongkong dan Maroko.

Kendati begitu, secara kumulatif impor pakaian jadi selama periode Januari - Juli 2024 dari China mengalami penurunan 4,75% untuk kode HS 61 dan turun 7,17% untuk kode HS 62. Menurutnya, untuk impor kelompok pakaian dan aksesoris bukan rajutan yang mengalami penurunan paling banyak merupakan kelompok berbahan nonkatun.

Amalia mengatakan angka impor secara kumulatif lebih menunjukkan tren impor yang lebih baik. Sementara tren impor secara bulanan relatif dipengaruhi oleh proses pengiriman kebutuhan untuk stok yang berbeda setiap bulannya.

"Namun sekali lagi kalau bulanan mengalami peningkatan, untuk data ekspor atau impor yang lebih relatif baik adalah melihat angka kumulatif dari satu periode," bebernya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (12/8/2024), Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan, untuk mengatasi kontraksi kinerja industri, khususnya dari serangan impor, diperlukan kebijakan perlindungan berupa trade remedies.

Adapun, banjir produk tekstil impor diakibatkan overkapasitas di negara produsen tekstil dan pakaian jadi serta adanya perlambatan ekonomi global. 

"BMAD adalah salah satu solusi yang ditawarkan, tetapi untuk prosesnya memerlukan waktu yang panjang," kata Jemmy kepada Bisnis, Senin (12/8/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper