Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ramal Neraca Dagang Juli 2024 Surplus US$2,67 Miliar Meski Manufaktur Anjlok

Neraca perdagangan pada Juli 2024 masih akan tetap membukukan surplus US$2,67 miliar meski kinerja Purchace Manager Index (PMI) Manufaktur terkontraksi.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan neraca perdagangan barang pada Juli 2024 masih akan tetap membukukan surplus senilai US$2,67 miliar, meski pada bulan yang sama kinerja Purchace Manager Index (PMI) Manufaktur anjlok ke zona kontraksi. 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menyampaikan surplus tersebut cenderung lebih besar dari capaian bulan sebelumnya atau Juni 2024 yang senilai US$2,39 miliar. 

“Peningkatan surplus perdagangan didorong oleh laju peningkatan ekspor yang melampaui laju peningkatan impor,” ujarnya, Rabu (14/8/2024). 

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja ekspor pada bulan Juli diperkirakan tumbuh 6,29% secara bulanan (month-to-month/mtm) atau 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Hal tersebut mempertimbangkan harga komoditas ekspor Indonesia yang cenderung meningkat seperti CPO sebesar 2,6% (mtm) dan Batubara 1,8% (mtm), sekalipun volume ekspor cenderung melambat karena terindikasi dari penurunan PMI manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok, AS, India dan Korea. 

“Kinerja impor diperkirakan tumbuh 5,62% [mtm] atau -0,42% [yoy] sekalipun kinerja manufaktur Indonesia pada bulan Juli cenderung menurun,” jelas Josua. 

Menurutnya, kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar 3,3% (mtm) diperkirakan akan berpotensi mendorong kenaikan impor migas. 

Di sisi lain, peningkatan surplus tersebut juga terefleksi dari peningkatan cadangan devisa pada akhir bulan Juli yang meningkat sekitar US$5 miliar.

Pada bulan sebelumnya, neraca dagang mencatatkan surplus di angka US$2,39 miliar. Di mana berasal dari sektor nonmigas US$4,43 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$2,04 miliar.

Sementara menurut hasil data konsensus ekonom Bloomberg memperkirakan neraca perdagangan tetap surplus di angka US$2,47 miliar. Tetap lebih tinggi dari capaian Juni 2024. 

Sebagaimana diketahui, laporan S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Juli sebesar yakni 49,3. Capaian ini menunjukkan kinerja manufaktur yang kembali terkontraksi ke bawah level 50, untuk pertama kalinya sejak Agustus 2021. Kala itu, PMI manufaktur Indonesia berada pada level 43,7. 

S&P Global mencatat permintaan pasar yang menurun menjadi faktor utama penyebab penjualan turun untuk pertama kali dalam setahun terakhir. Penjualan ekspor juga menurun, walaupun hal ini sebagian menggambarkan penundaan pengiriman.  

Selain itu, terdapat masalah pasokan yang tercatat sebagai faktor penghambat pada kapabilitas produksi pada Juli, dengan catatan penundaan pengiriman input. 

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi ekspor, impor, serta neraca perdagangan Juli 2024 pada Kamis (15/8/2024) pukul 11.00 WIB. 

Tren Surplus/Defisit Neraca Perdagangan Barang 2024 

Bulan  Neraca Perdagangan (US$/miliar)
Januari  1,99
Februari 0,83
Maret  4,57
April  2,72
Mei  2,92
Juni  2,39
Juli  2,47*

Sumber: BPS, diolah

*konsensus ekonom Bloomberg 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper