Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu meyakini bahwa Indonesia bisa memanfaatkan ancaman resesi yang kini sedang membayangi Amerika Serikat (AS).
Febrio menjelaskan, pemerintah sudah mengantisipasi ancaman resesi AS. Pemerintah, sambungnya, akan terus memantau gejolak global yang terjadi terutama terkait suku bunga AS.
Menurutnya, jika ancaman resesi tersebut membuat Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga maka akan berdampak positif ke stabilitas perekonomian makro di Indonesia.
"Kalau suku bunga kebijakan Amerika itu diturunkan, itu membuat tekanan untuk capital outflow [arus keluar modal asing], seharusnya bisa berkurang. Artinya tingkat suku bunga kita di dalam negeri, baik yang dalam rupiah terutama, itu akan relatif cukup menarik bagi investor," jelas Febrio di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2024).
Bahkan, dia menjelaskan dampak ancaman resesi AS sudah mulai kelihatan karena suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) rupiah sudah turun ke level 6,77%. Oleh sebab itu, Febrio juga meyakini jika The Fed memustuskan menurunkan suku bunga maka akan berdampak positif ke skema pembiayaan utang negara.
Dia pun menyatakan pemerintah akan mengawal dinamika global hari demi hari. Dengan begitu, pemerintah bisa membuat kebijakan yang berdampak positif ke perekonomian domestik.
Baca Juga
"Kebijakan yang kita lakukan dalam negeri itu justru memastikan ketidakpastian ini tidak berdampak negatif bagi kita tetapi bagaimana ini kita gunakan supaya justru memperbaiki dan mendapatkan peluang bagi kita," kata Febrio.
Sebagai informasi, di tengah kekhawatiran resesi AS, bursa saham di Wall Street, New York jatuh pada akhir perdagangan Senin (5/8/2024) dengan Nasdaq dan S&P 500 ditutup turun setidaknya 3% karena pasar melanjutkan aksi jual pekan lalu.
Mengutip Reuters, Selasa (6/8/2024), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 2,60% atau 1.033,99 poin ke 38.703,27, indeks S&P 500 juga terkoreksi 3% atau 160,23 poin ke 5.186,33, dan Nasdaq jatuh 3,43% atau 576,08 poin ke 16.200,08.
Ketiga indeks utama mencatat persentase penurunan tiga hari terbesar sejak Juni 2022, dan Nasdaq serta S&P 500 ditutup pada level terendah sejak awal Mei.
Kekhawatiran resesi mengguncang pasar global dan mendorong investor keluar dari aset-aset berisiko menyusul lemahnya data ekonomi pekan lalu, termasuk laporan upah AS yang lemah pada hari Jumat.
AS sendiri mencatatkan pertumbuhan ekonomi 3,1% pada kuartal II/2024 atau naik dari 2,4% pada kuartal II/2023.