Bisnis.com, JAKARTA – Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 mencatatkan kontraksi ke level 49,3, terendah sejak Agustus 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani indrawati menyampaikan bahwa pemerintah, dalam hal ini Kemenkeu, akan melakukan investigasi lebih lanjut dari sisi permintaan.
Pasalnya, dari sisi produsen, Sri Mulyani mengatakan bahwa indeks kepercayaan bisnis masih mengalami peningkatan, bahkan tertinggi sejak Februari.
“Makanya kita harus bedah lagi. Dari indeks kepercayaan bisnis pada Juli, tertinggi sejak Februari. Ada suatu optimisme dan kita akan terus eksplore,” kata dia dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024, Jumat (2/8/2024).
Sri Mulyani mengatakan produsen masih optimistis volume penjualan akan meningkat seiring dengan kondisi pasar yang akan menguat pada tahun depan.
Selain itu, PMI manufaktur tidak mencerminkan kondisi manufaktur secara keseluruhan. Dia mencontohkan, hilirisasi, termasuk CPO, belum terekam dalam PMI manufaktur. Di sisi lain, pelaku industri juga masih terus meningkatkan daya saing.
Baca Juga
Menurutnya, Kemenkeu bersama dengan kementerian lainnya akan terus mendukung kinerja manufaktur melalui instrumen yang dimiliki. Misalnya jika yang sifatnya impor, maka Kemenkeu akan menggunakan instrumen fiskal berupa PMK antidumping.
Terkait industri konstruksi dan pendukungnya, serta hilirisasi, Kemenkeu menyediakan insentif perpajakan. Dari sisi bank sentral, Bank Indonesia pun akan mendukung dari sisi makroprudensial.
Pemerintah juga kata dia akan mengkaji lebih dalam kondisi masing-masing industri, khususnya industri yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen.
“Meski PMI korektif di bawah 50, kita waspadai, kita lihat datanya. Kita rumuskan kebijakan supaya masa kontraksinya tidak lama. Kami harapkan lingkungan global membaik sehingga PDB sampai akhir tahun bisa terjaga,” tutur Sri Mulyani.