Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia kembali mengalami deflasi pada Juli 2024. Ini merupakan deflasi pada bulan ketiga berturut-turut dan yang terendah sepanjang tahun ini.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan secara bulanan, Indonesia pada Juli 2024 kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,18%. Terjadi penurunan IHK dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024.
”Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024,” ungkap Amalia dalam konferensi pers, Kamis (1/8/2024).
Adapun kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28%.
Amalia menjelaskan bahwa tingkat deflasi kelompok ini pada Juli 2024 adalah yang terdalam sejak November 2022. Kelompok ini juga menjadi penyumbang deflasi selama empat bulan berturut-turut.
Sementara itu, komoditas utama penyumbang deflasi antara lain bawang merah yang menyumbang andil deflasi 0,11%, cabai merah menyumbang deflasi 0,09%, tomat andil 0,07%, dan daging ayam ras menyumbang andil deflasi sebesar 0,04%.
Baca Juga
“Di antara komoditas tersebut, tomat jadi komoditas andil deflasi terdalam sepanjang 2022 hingga 2024,” jelasnya.
Pada saat yang sama, deflasi tertahan dengan terjadinya inflasi oleh kelompok Pendidikan sebesar 0,69% dan andil 0,04% terhadap capaian inflasi secara umum.
Capaian deflasi pada Juli ini pun tercatat lebih dalam dari konsensus ekonom Bloomberg yang justru meramalkan inflasi di level 0,02% (mtm).
Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede melihat laju inflasi akan menuju deflasi pada Juli 2024.
Dirinya memperkirakan padaJuli 2024 akan mencatatkan deflasi sebesar -0,07% (mtm), yang melanjutkan tren deflasi yang terjadi pada dua bulan sebelumnya, yang masing-masing sebesar -0,08% mtm pada Juni 2024 dan -0,03% mtm pada Mei 2024.
“Kami memperkirakan pada bulan Juli 2024 akan kembali mengalami deflasi sejalan dengan penurunan signifikan pada beberapa harga komoditas pangan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2024).