Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan komoditas beras kembali mengalami inflasi pada Juli 2024 usai mengalami deflasi yang cukup dalam pada April dan Mei 2024.
Plt Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menyampaikan, hal ini sejalan dengan jumlah produksi beras yang berkurang setelah masa puncak raya panen padi.
“Tingkat inflasi beras pada Juli 2024 tercatat sebesar 0,94%, andil inflasi beras terhadap keseluruhan inflasi adalah 0,04%,” ungkap Amalia dalam Rilis BPS, Kamis (1/8/2024).
Lebih lanjut, dia menuturkan, inflasi beras pada Juli 2024 terjadi di 25 provinsi di Indonesia. Hal ini, kata Amalia, menunjukkan bahwa inflasi beras tidak terbatas terjadi pada satu wilayah, tetapi juga terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
Selain beras, penyumbang utama inflasi Juli 2024 antara lain adalah cabai rawit dan emas perhiasan. Amalia melaporkan bahwa cabai rawit menjadi penyumbang utama inflasi dengan tingkat inflasi mencapai 14,28% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Emas perhiasan turut menjadi penyumbang inflasi dengan tingkat inflasi mencapai 1,21% mtm. Meski presentase ini lebih kecil dibanding cabai rawit, Amalia menyebut bahwa inflasi emas perhiasan tetap memberikan dampak terhadap inflasi keseluruhan dengan andil inflasi sebesar 0,01%.
Baca Juga
“Emas perhiasan juga mengalami inflasi selama 11 bulan berturut-turut hingga Juli 2024. Hal ini karena memang dipengaruhi oleh meningkatnya harga emas di pasar global,” ungkapnya.
Adapun, tingkat inflasi nasional mencapai 2,13% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2024. Nilai tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,51% yoy.
Secara bulanan, Amalia menyebut bahwa Indonesia kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,18%. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28%.
Sementara itu, terdapat komoditas dengan andil inflasi antara lain cabai rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04%