Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkap minat asing dalam melirik sejumlah jalan tol yang telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun atau dua periode pemerintahan.
Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja menuturkan terdapat sejumlah calon investor asing yang berminat. Hanya saja, mereka masih menyampaikan beberapa pertimbangan.
"Pertimbangan investor [saat ini], namanya investor perlu kepastian ya," tuturnya saat ditemui di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (31/7/2024).
Atas dasar hal itu, dia menilai mayoritas calon investor asing dilaporkan banyak yang melirik proyek tol berbentuk brownfield atau proyek yang sudah memiliki ekosistem dan fasilitas infrastruktur cukup lengkap.
"Namanya investor perlu kepastian ya, kalau di konstruksi [greenfield] itu ada ketidakpastian. Misalkan, ada masalah sosial, masalah tanah, begitu aja, dia [investor] tidak mau ribet sama itu," tuturnya.
Kendati demikian, Endra memastikan banyak pula investor yang melirik proyek greenfield jalan tol. Salah satu contoh proyek yang dilirik yakni Jalan Tol Gilimanuk - Mengwi yang saat ini tengah dilakukan proses lelang ulang.
Baca Juga
Meski tak merinci secara jelas, Endra menegaskan terdapat konsorsium investor asing yang mulai menaruh minatnya untuk menggarap dari 0 proyek Jalan Tol terpanjang di Bali tersebut.
"Misalkan Tol Gilimanuk - Mengwi kan itu juga konsorsium dari banyak investor, termasuk dari luar. Itu [investor minat] di greenfield dari awal," pungkasnya.
Sebagai informasi, 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi diklaim berhasil membangun jalan tol baru bakal mencapai 2.700 kilometer (Km) yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan hingga Sulawesi.
Dengan demikian, nantinya total panjang tol beroperasi RI hingga akhir 2024 bakal tembus sekitar 3.480 kilometer.
Adapun saat ini, total panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 2.839 km dengan total ruas tol beroperasi mencapai 73 ruas dan dikelola oleh 59 badan usaha jalan tol (BUJT).
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna menegaskan pembangunan infrastruktur jalan masih diperlukan untuk mendorong daya ekonomi nasional.
Yayat menegaskan bahwa pemerintah perlu berkomitmen untuk merampungkan sejumlah jalan tol yang hingga saat ini masih dalam tahap konstruksi atau pelelangan.
"Kalau jalan tol seperti Getaci status PSN-nya layak dipertahankan lah. Kan harus lihatnya sebagai interkoneksi Jalan Tol Trans Jawa yang akan menghubungkan hingga Solo dan Yogyakarta," jelasnya.
Kendati demikian, Yayat tak menampik bahwa pembangunan proyek-proyek jalan tol pada ruas selatan Jawa memakan biaya fiskal yang cukup besar. Alasannya, karena kondisi geografis jalur Selatan Jawa jauh lebih sulit karena sensitif kebencanaan hingga topografi yang berbukit-bukit.