Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerbang Impor RI Pindah ke Wilayah Timur, Infrastruktur Sudah Siap?

INSA menyoroti soal kesiapan infrastruktur terkait dengan rencana pemerintah pindah gerbang impor RI ke wilayah timur.
Ilustrasi kapal mengangkut kontainer untuk diekspor ke luar neger. JIBI/Rifki
Ilustrasi kapal mengangkut kontainer untuk diekspor ke luar neger. JIBI/Rifki

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian National Shipowners' Association (INSA) buka suara terkait dengan rencana pemerintah pindah gerbang impor untuk tujuh komoditas ke wilayah Indonesia Timur.

Tujuh komoditas itu yakni tekstil dan produk tekstil pakaian jadi dan aksesori pakaian jadi, keramik, elektronik, alas kaki, kosmetik, dan barang tekstil sudah jadi lainnya.

Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyampaikan, rencana tersebut harus didukung oleh kesiapan infrastruktur baik software maupun hardware.

“Kita tahu, pelabuhan impor yang disinggahi kapal internasional menuntut kinerja 24/7,” kata Carmelita, Selasa (23/7/2024).

Di sisi lain, rencana ini tentu berdampak positif bagi industri pelayaran, mengingat demografi penduduk Indonesia atau para konsumen selama ini terkonsentrasi di wilayah barat.

Hal ini kata dia, akan menyeimbangkan muatan balik dari Timur ke Barat. Pasalnya, selama ini muatan balik dari timur ke barat tidak berimbang.

“Ke timur penuh, pulangnya kurang dari 50%,” ungkapnya.

Kendati begitu, Carmelita menyebut bahwa akan banyak dampak yang perlu dikaji lebih lanjut, khususnya menyangkut kepentingan stakeholder lainnya serta kebutuhan serapan pasar untuk tujuh komoditas barang jadi tersebut.

Menurutnya, untuk impor bahan mentah, yang paling efisien adalah yang dekat dengan industri hilirnya.

Selain itu, kata dia, perlu dilihat pula wilayah konsumen yang paling banyak menggunakan tujuh komoditas ini. Jika konsumen terbesar berada di wilayah Timur, menurutnya hal ini tentu tidak berdampak positif terhadap sektor pelayaran bahkan mengurangi volume industri dari barat ke Timur.

“Karena yang akan terjadi bukan pertumbuhan barang tetapi perpindahan barang,” ujarnya.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah mengkaji kemungkinan pemindahan pintu masuk impor untuk tujuh komoditas impor ke Indonesia Timur, tepatnya ke Pelabuhan Sorong, Papua Barat dan Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, usulan tersebut rencananya akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas (ratas).

Selain tujuh komoditas, kedua kementerian juga berencana untuk mengusulkan komoditas lain yang akan dipindah pintu masuk impornya ke kawasan Indonesia Timur.

“Ketika [barang impor] masuk ke Indonesia, pintu masuknya, entry point-nya adalah dari daerah di luar Jawa dan kalau bisa ya di Sorong atau Bitung,” kata Agus kepada awak media di Kantor Kemenperin, dikutip Sabtu (20/7/2024).

Politisi Golkar itu menilai, usulan itu akan berdampak positif terhadap perekonomian di sekitar pelabuhan tersebut lantaran ini akan membentuk satu sentra kegiatan ekonomi baru.

Rencana tersebut juga dinilai memberikan efek positif terhadap industri pelayaran nasional. Apalagi, Agus menyebut bahwa Indonesia saat ini tengah menerapkan asas cabotage di mana kegiatan angkatan laut dalam negeri harus dilakukan oleh perusahaan angkutan laut domestik.

“Jadi multiplier effect sekali dengan kita memindahkan entry point dari Tanjung Priok, Tanjung Perak, itu ke timur,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper