Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Perikanan RI Surplus Rp40,67 Triliun Semester I/2024

KKP menyebutkan nilai ekspor nasional sektor perikanan sepanjang Januari-Juni 2024 mencapai US$2,71 miliar atau setara Rp44,24 triliun.
PT Perikanan Indonesia (Perindo) mencatat lonjakan permintaan produk perikanan hingga 30% selama Ramadan dan menjelang Lebaran 2024 - Dok. Perindo
PT Perikanan Indonesia (Perindo) mencatat lonjakan permintaan produk perikanan hingga 30% selama Ramadan dan menjelang Lebaran 2024 - Dok. Perindo

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan kinerja perdagangan sektor perikanan mengalami surplus sebesar US$2,49 miliar (setara Rp40,67 triliun). Nilai tersebut meningkat 6,2% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,35 miliar.

Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP, Hendra Yusran Siri, dalam konferensi pers kinerja KKP semester I/2024 di Kantor KKP, Rabu (24/7/2024).

Neraca dagang kita mengalami surplus US$2,49 miliar,” kata Hendra, Rabu (24/7/2024).

Secara terperinci Hendra menuturkan, nilai ekspor nasional sektor perikanan sepanjang Januari-Juni 2024 mencapai US$2,71 miliar (setara Rp44,24 triliun) atau meningkat 1,0% dibanding tahun lalu sebesar US$2,69 miliar.

Dia mengungkapkan, Amerika Serikat masih menjadi negara utama tujuan ekspor perikanan Indonesia dengan nilai ekspor mencapai US$889,39 juta. Namun, nilai ekspor tersebut turun sebesar 7,5% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Hendra menyampaikan, menurunnya nilai ekspor produk perikanan ke AS pada semester I/2024 disebabkan oleh hambatan nontarif yang diterapkan AS terhadap produk udang beku Indonesia.

Selain AS, China menjadi negara utama terbesar kedua tujuan ekspor mencapai US$556,04 juta, diikuti Asean US$353,93 juta, Jepang US$285,47 juta, dan Uni Eropa US$193,35 juta.

Sejauh ini, pemerintah berencana untuk melakukan pendekatan utamanya dengan sejumlah negara seperti Uni Eropa dan AS melalui diplomasi bilateral maupun diplomasi ekonomi untuk mendapat impor bea masuk yang lebih kecil. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke negara-negara tersebut.

Sementara itu, nilai impor di sektor ini mencapai US$0,22 miliar (setara Rp3,58 triliun) atau turun dibanding nilai impor tahun lalu sebesar US$0,34 miliar.

Hendra menyebut, Salmon-Trout menjadi komoditas utama impor produk perikanan Indonesia dengan nilai impor sebesar US$36,55 juta, diikuti Makarel US$30,13 juta, Rajungan-Kepiting US$24,58 juta, Tepung Ikan-Pelet-Makanan Ikan US$21,83 juta, Cod US$16,42 juta, dan Udang US$15,25 juta.

“Kabar baiknya turun ini, dari semuanya itu turun, jadi kita udah mulai banyak substitusi dan saya kira ini cukup menggembirakan ya di sektor perikanan kita importasi kita juga mulai turun,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper