Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Indonesia dengan AS Makin Untung, China Terus Sumbang Defisit

BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia dengan AS melanjutkan surplus, sedangkan dengan China kembali defisit.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Kantor BPS, Senin (15/7/2024)/Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Kantor BPS, Senin (15/7/2024)/Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan kinerja perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terus mencatatkan keuntungan dengan surplus yang meningkat, sementara perdagangan dengan China melanjutkan tren defisit. 

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan per Juni 2024, Indonesia mengalami surplus dengan tiga mitra dagang utama, yakni India, Amerika Serikat, dan Filipina. 

"Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan tiga terbesar, dengan India US$1,47 miliar, Amerika Serikat US$1,22 miliar, dan Filipina US$0,69 miliar,” ungkapnya dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin (15/7/2024). 

Surplus terbesar yang dialami dengan India karena didorong oleh beberapa komoditas, antara lain Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS 15) utamanya komoditas minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO). 

Kemudian surplus juga disumbang dari Bahan Bakar Mineral dengan kode (HS 27) dan Besi Baja dengan kode (HS 72). 

Meski AS tidak menempati posisi pertama penyumbang surplus tertinggi, kinerja surplus Indonesia dengan AS tercatat mengalami tren peningkatan baik dari bulan lalu maupun dari periode yang sama bulan lalu. 

Tercatat surplus neraca perdagangan barang Indonesia dengan AS pada Mei 2024 berada di angka US$1,2 miliar, sementara pada Juni tahun lalu senilai US$1,19 miliar.  

Di sisi lain, Indonesia juga mencatatkan defisit yang besar dari mitra dagang utama, yaitu China senilai US$693,4 juta pada Juni 2024. Defisit ini tercatat lebih rendah dari defisit yang terjadi pada Mei 2024, senilai US$1,32 miliar. 

Utamanya, defisit terdalam dengan China akibat komoditas mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84), mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85), serta plastik dan barang dari plastik (HS 39). 

Selain China, Amalia mengungkapkan Indonesia juga mencatatkan defisit neraca dagang dengan Australia senilai US$331 juta dan Thailand senilai US$328 juta. 

Secara umum, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Juni 2024 senilai US$2,39 miliar.

Surplus ini utamanya ditopang oleh surplus perdagangan komoditas nonmigas senilai US$4,43 miliar. Kemudian, komoditas yang juga menyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani nabati (HS 15), besi baja (HS 72), dan beberapa komoditas lainnya. 

Secara kumulatif atau sepanjang periode Januari-Juni 2024, surplus neraca dagang barang Indonesia mencapai US$15,45 miliar atau turun US$4,46 miliar dari periode yang sama pada tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper