Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Juni 2024 Diprediksi Lanjutkan Surplus, Tembus US$3,02 Miliar

Konsensus ekonom yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 secara rata-rata sebesar US$3,02 miliar.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan kembali membukukan surplus pada Juni 2024, menjadi 50 bulan beruntun.

Konsensus ekonom yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 secara rata-rata sebesar US$3,02 miliar.

Dari perkiraan tersebut, estimasi tertinggi adalah sebesar US$4,3 miliar dan estimasi terendah adalah sebesar US$1,5 miliar.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 akan mencapai US$4,05 miliar.

Surplus tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar US$2,93 miliar.

“Peningkatan surplus perdagangan terutama didorong oleh laju bulanan impor yang terkontraksi lebih dalam dibandingkan kontraksi laju bulanan ekspor,” kata Josua, dikutip Senin (15/7/2024).

Menurut Josua, laju bulanan ekspor dan impor yang akan mengalami kontraksi disebabkan oleh aktivitas manufaktur yang turun, baik secara global maupun domestik.

Dia memperkirakan, ekspor pada Juni 2024 akan mengalami kontraksi sebesar 2,38% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Di samping aktivitas manufaktur yang melemah, harga komoditas global, terutama komoditas utama ekspor Indonesia, mencatatkan penurunan pada Juni 2024.

“Harga batu bara, nikel, dan tembaga mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,9% mtm, 10,7% mtm, dan 4,8% mtm,” jelasnya.

Di sisi lain, ekspor secara tahunan diperkirakan meningkat sebesar 5,38% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari 2,86% yoy pada Mei 2024. 

Sementara itu, kinerja impor diperkirakan mengalami kontraksi lebih dalam, sebesar 8,53% mom atau secara tahunan tumbuh positif 3,46% yoy.

Josua menjelaskan pendorong utama kontraksi impor bulanan adalah pelemahan aktivitas manufaktur domestik, tecermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang turun cukup signifikan menjadi 50,7 pada Juni 2024, dari bulan sebelumnya tercatat 52,1. 

“Pelemahan aktivitas manufaktur pada Juni 2024 terutama disebabkan oleh tren depresiasi Rupiah, yang menyebabkan sektor riil membatasi kegiatan impor,” kata Josua.

Tekanan Ekspor Berlanjut

Chief Economist Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan tren surplus neraca perdagangan akan berlanjut, tetapi menyusut pada Juni 2024 ke kisaran US$2,22 miliar hingga US$2,55 miliar.

“Penurunan pada Juni 2024 didorong oleh penurunan ekspor yang lebih dalam dibandingkan penurunan impornya,” katanya.

Banjaran memperkirakan, nilai ekspor Indonesia akan turun dari US$22,33 miliar pada Mei 2024 menjadi sekitar US$21,14 miliar hingga US$21,30 miliar pada Juni 2024, seiring dengan harga komoditas yang turun.

“Penurunan ekspor juga terindikasi dari turunnya impor China dan Amerika Serikat, selaku negara partner dagang utama Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Banjaran memperkirakan nilai impor turun dari US$19,4 miliar menjadi ke kisaran US$18,75 hingga US$18,91 miliar. 

Dia menjelaskan, penurunan impor domestik terindikasi dari PMI manufaktur Indonesia yang melemah, serta Indeks Kepercayaan Konsumen yang turun pada Juni 2024.

Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan surplus neraca perdagangan berpotensi turun pada Juni 2024.

“Untuk Juni 2024, diperkirakan surplus neraca perdagangan di kisaran US$1 miliar hingga US$2 miliar,” katanya.

Faisal menjelaskan, surplus yang menyempit tersebut disebabkan oleh kontraksi ekspor yang diperkirakan lebih dalam pada Juni 2024 dibandingkan dengan impor.

“Ekspor kita masih mengalami kontraksi pertumbuhan secara tahunan. Impor juga demikian, tapi penurunan impor tidak sedalam ekspornya, sehingga kecenderungan surplus semakin tipis,” kata dia.

Tantangan Perlambatan Ekonomi Global

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tren surplus neraca perdagangan yang menipis dibandingkan tahun lalu.

Dia menyampaikan, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang semester I/2024 diperkirakan sebesar US$22,3 miliar.

Surplus tersebut kata dia memang masih meningkat atau lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada semester I/2023 yang sebesar US$19,9 miliar.

Sementara itu, surplus pada semester pertama 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian surplus pada semester kedua 2023 yang sebesar US$30 miliar.

“Kalau dibandingkan dengan semester II yang mencapai US$30 miliar, maka semester I/2024 dari sisi ekspor mengalami penurunan,” katanya.

Di sisi lain, dalam laporan APBN semester I/2024, pemerintah memandang bahwa surplus neraca perdagangan yang telah tercatat selama 49 bulan beruntun ini diharapkan dapat menopang pertumbuhan dari sisi ekspor neto. 

Pada kuartal II/2024, pemerintah memperkirakan kinerja ekspor-impor Indonesia diharapkan tetap tumbuh positif. 

Adapun, kinerja ekspor dan impor Indonesia pada semester I/2024 diperkirakan masing-masing mencapai 3,1%-3,4% yoy dan 2,3%-2,6% yoy. 

Perkiraan Ekonom

Economist

Firm

Estimate (US$ billion

Euben Paracuelles

Nomura Singapore Limited

2,80

Cimb Ltd

2,50

Fikri C Permana

KB Valbury Sekuritas

2,55

Ahmad Mobeen

S&P Global Market Intelligence

3,13

Hosianna Evalita Situmorang

Bank Danamon PT

3,85

David E Sumual

Bank Central Asia Tbk PT

2,48

Fakhrul Fulvian

Trimegah Securities

1,50

Rully Arya Wisnubroto

Pt Mirae Asset Sekuritas Indonesia

2,55

Renno Prawira

PT Ciptadana Sekuritas Asia

2,91

Krystal Tan

Australia & New Zealand Banking Grp.

3,10

Aldian Taloputra

Standard Chartered Bank

3,20

Brian Tan

Barclays Bank PLC

2,90

Helmi Arman

Citigroup Securities Indonesia

2,49

Josua Pardede

PT Bank Permata Tbk

4,05

Lavanya Venkateswaran

Oversea-Chinese Banking Corp Limited

2,80

Juniman Juniman

PT Bank Maybank Indonesia Tbk

3,03

Bank Mandiri Persero Tbk PT

2,88

ING Groep NV

4,30

Bank Negara Indonesia Persero Tbk

3,55

Miguel Chanco

Pantheon Macroeconomics Ltd

3,40

Sin Beng Ong

JP Morgan Chase Bank NA

3,60


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper