Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kuat se-Asean, PMI Manufaktur Indonesia di Atas Malaysia

Indeks PMI manufaktur 7 negara yaitu Indonesia (50,7), Malaysia (49,9), Myanmar (50,7), Filipina (51,3), Thailand (51,7) dan Vietnam (54,7).
ILUSTRASI Indeks manufaktur Indonesia. Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman.
ILUSTRASI Indeks manufaktur Indonesia. Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman.

Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja manufaktur Asean disebut mengalami perbaikan meskipun dari angka indeks menunjukkan stagnasi dalam 2 bulan terakhir yakni di level 51,7 pada Juni 2024. Meski stagnan, tetapi masih dalam fase ekspansi.

Data PMI manufaktur dari S&P Global Juni 2024 melaporkan output permintaan baru masih terus berekspansi diiringi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Namun, terjadi kenaikan tajam pada biaya input sejak Februari 2024.

Indeks PMI Asean terbentuk dari kondisi kinerja manufaktur 7 negara yaitu Indonesia (50,7), Malaysia (49,9), Myanmar (50,7), Filipina (51,3), Thailand (51,7) dan Vietnam (54,7). Kinerja manufaktur di sejumlah negara tersebut mengalami pertumbuhan, tetapi melambat pada Juni 2024.

Meski demikian, secara keseluruhan produsen Asean mengalami perbaikan solid pada pesanan baru pada akhir triwulan II/2024. Hal ini didorong kenaikan permintaan domestik. Sementaram ekspor masih mengikuti tren penruuanan sejak Juni 2022.

Ekonom S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch mengatakan sektor manufaktur Asean menunjukkan perbaikan berkelanjutan pada kondisi pengoperasian mendekati pertengahan tahun.

"Kondisi permintaan terus menguat, sehingga mendukung kenaikan solid pada produksi  manufaktur dan aktivitas pembelian. Terlebih lagi, lapangan kerja baru tercatat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan," ujar Maryam dalam keterangan resminya, Senin (1/7/2024).

Dari segi harga, beban biaya dan biaya output, terdapat kenaikan pada Juni yang juga diikuti laju inflasi. Dia menilai, indikator harga perlu dipantau secara ketat pada semester kedua tahun ini.

"Kenaikan tekanan inflasi mungkin berarti bahwa kebijakan tingkat bunga bank sentral akan tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama," tuturnya.

Lebih lanjut, aktivitas pembelian mengalami ekspansi selama 8 bulan berturut-turut dengan pertumbuhan sedang pada Juni. Inventaris praproduksi juga naik, meski dengan laju akumulasi yang lebih rendah dari periode sebelumnya.

Kondisi ini masih serupa dengan Mei lalu, di mana waktu pengiriman dari pemasok lebih panjang. Jumlah stok barang jadi menurun karena beberapa produsen barang ASEAN memilih menggunakan stok untuk memenuhi kebutuhan pesanan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper