Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2024.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan hal ini mempertimbangkan tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berangsur melandai, setelah meningkat tinggi pada pekan lalu.
“Proyeksi BI Rate masih tetap, tidak ada kenaikan. Rupiah tertekan minggu lalu setelah [pertemuan] FOMC, tetapi berangsur lewat tekanannya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/6/2024).
Banjaran mengatakan pergerakan pasar keuangan domestik secara umum pada hari ini, Rabu (19/6) cukup baik, baik nilai tukar rupiah maupun IHSG pun cenderung bergerak menguat.
Lebih lanjut, tingkat imbal hasil atau yield SBN jangka panjang terpantau turun, sementara yield jangka pendek cenderung naik.
Terkait nilai tukar rupiah, Banjaran mengatakan bahwa pergerakan rupiah juga masih cenderung lebih baik dibandingkan negara peers, kecuali Malaysia dan India yang menguat lebih tinggi.
Baca Juga
Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat juga didorong oleh pelemahan indeks dolar.
“Dengan perkembangan tersebut, kami perkirakan nilai tukar rupiah hari ini cenderung menguat, didukung pula oleh rilis neraca perdagangan yang lebih baik dari perkiraan,” jelasnya.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka naik 0,04% atau 7 poin ke posisi Rp16.405 per dolar AS.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pukul 10.08 WIB menguat 0,35% ke level Rp16.355 per dolar AS.
Dalam rangka mendorong stabilitas rupiah, Banjaran mengatakan BI perlu tetap mempertahankan strategi triple intervention di pasar spot, Domestic NonDeliverable Forward (DNDF), dan di pasar surat berharga.
“Mendorong yield jangka pendek naik lagi bisa jadi opsi menarik untuk menarik flow dari asing,” tutur Banjaran.