Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa resmi menerapkan bea masuk yang lebih tinggiuntuk mobil listrik (electric vehicle/EV) yang diimpor dari China.
Melansir Reuters, Rabu (12/6/2024), Komisi Eropa menyatakan menerapkan bea masuk tambahan hingga 38,1% untuk mobil listrik impor dari China mulai 4 Juli 2024 mendatang. Penerapan tarif ini merupakan buntut investigasi anti-subsidi terhadap mobil listrik China pada Oktober 2023.
Kurang dari sebulan setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk melipatgandakan bea masuk mobil listrik China menjadi 100%, Uni Eropa mengatakan akan menetapkan tarif tambahan mulai dari 17,4% untuk produsen mobil listrik BYD, hingga 38,1% untuk SAIC. Tarif tersebut jauh di atas bea masuk mobil standar sebesar 10%.
Tarif impor baru ini diterapkan karena produsen mobil listrik China mendapatkan manfaat dari subsidi yang berlebihan. Hal ini menimbulkan ketidakadilan bagi produsen EV di Eropa yang berisiko menekan pendapatan mereka.
Komisi Eropa memperkirakan pangsa pasar merek China di pasar UE telah meningkat menjadi 8% dari di bawah 1% pada tahun 2019 dan dapat mencapai 15% pada tahun 2025. Harga mobil listrik china biasanya 20% di bawah harga mobil produksi Eropa.
Kepala ekonom Eropa di Capital Economics Andrew Kenningham mengatakan bahwa keputusan UE menandai perubahan besar untuk kebijakan perdagangannya. Hal ini karena penerapan tarif impor ini menjadi yang pertama kali untuk industri otomotif.
Baca Juga
Pejabat Uni Eropa ingin menghindari terulangnya apa yang terjadi pada panel surya satu dekade yang lalu ketika UJE hanya mengambil tindakan terbatas untuk mengekang impor China. Hal ini mengakibatkan banyak produsen Eropa yang bangkrut.
Saham beberapa produsen mobil terbesar di Eropa yang melakukan sebagian besar penjualan mereka di China, anjlok karena kekhawatiran akan pembalasan China. BMW juga akan dikenakan bea masuk untuk mobil listrik mereka yang dibuat di China dan dijual di Eropa.
Juru bicara kementerian luar negeri China Lin Jian mengatakan bahwa investigasi Uni Eropa merupakan kasus proteksionisme yang khas dan tarif akan merusak kerja sama ekonomi China-Uni Eropa serta stabilitas produksi dan rantai pasokan mobil global.
“Beijing akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi dengan tegas hak-hak dan kepentingannya yang sah,” ujarnya.
Di sisi lain, Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) tidak terlalu khawatir dengan penerapan tarif impor ini.
Sekretaris Jenderal CPCA Cui Dongshu mengatakan tarif impor Uni Eropa pada dasarnya sesuai dengan ekspektasi rata-rata sekitar 20%, sehingga tidak akan berdampak besar pada mayoritas perusahaan China.
"Mereka yang mengekspor mobil listrik buatan China termasuk Tesla, Geely dan BYD masih memiliki potensi besar untuk berkembang di Eropa di masa depan," kata Cui.
Para produsen dan pemasok mobil listrik China juga mulai berinvestasi dalam produksi Eropa, yang akan menghindari tarif.