Bisnis.com, JAKARTA - Investor diketahui akan mencermati angka inflasi pada minggu depan dan pertemuan Federal Reserve (The Fed) untuk mencari petunjuk apakah perkiraan soft landing dapat dibenarkan.
Pada tahun ini, reli telah mengangkat S&P 500 yang meningkat lebih dari 12% (year-to-date/ytd) di kala ekspektasi The Fed dapat meredakan inflasi tanpa mengganggu pertumbuhan. Namun, diketahui bahwa data ekonomi baru-baru ini telah memberikan sinyal yang bertentangan.
Berdasarkan data yang dirilis pada Jumat (7/6/2024) Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja melaporkan data nonfarm payrolls (NFP) pada Mei 2024 meningkat sebanyak 272.000 pekerjaan, melebihi perkiraan ekonom yang disurvei Reuters, yakni sebesar 185.000.
Data ketenagakerjaan yang kuat kemudian berlawanan dengan laporan sebelumnya, dengan tingkat pertumbuhan kuartal I/2024 yang direvisi lebih rendah dan laporan pada 3 Juni 2024 yang menunjukan perlambatan dalam sektor manufaktur.
Kala data mengenai tenaga kerja tersebut dirilis, pasar berjangka menunjukan investor mengurangi perkiraan penurunan suku bunga, dengan kemungkinan pada September 2024 menurun dari 70% sebelum laporan tersebut dirilis, yang kemudian menjadi sekitar 55%.
Fokus pada Data Inflasi Minggu Depan
Para investor nantinya akan menunggu sinyal dari bank sentral mengenai penurunan suku bunga dalam perilisan data inflasi minggu depan.
Baca Juga
Data inflasi yang dirilis Mei 2024 yang akan dirilis pada Rabu depan (12/6) harus berjalan dengan baik untuk memenuhi ekspektasi pertumbuhan yang memuaskan dengan harga yang terkendali.
“Pasar menginginkan kejelasan dan tidak melihat The Fed harus menunggu hingga Desember atau Januari untuk mulai menurunkan suku bunganya,” terang kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute, Paul Christopher, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/8/2024).
Kemudian, ia juga mengatakan bahwa kenaikan biaya pinjaman dalam waktu yang lama dapat merugikan perekonomian.
Dalam pasar saham, pejabat investasi senior di Northern Trust Wealth Management, Raul Diaz mengatakan bahwa masyarakat khawatir mengenai seberapa jauh dan tinggi pasar ini telah meningkat, dan seberapa sempit pasar ini.
Banyak investor kemudian juga percaya bahwa kinerja perusahaan yang kuat dan lingkungan makroekonomi yang relatif baik dapat terus mendukung saham.
“Kami yakin saham-saham AS kemungkinan akan tetap didukung oleh kondisi makro yang menguntungkan, pertumbuhan pendapatan yang sehat, dorongan AI, dan potensi poros The Fed sebelum akhir tahun,” jelas ke,pala investasi Amerika di UBS Global Wealth Management, Solita Marcelli.