Bisnis.com, JAKARTA - Provinsi Bali bakal segera membangun kereta bawah tanah atau subway mirip dengan LRT dengan nama Bali Urban Rail untuk mengatasi kemacetan dan kepadatan arus lalu lintas di daerah wisata.
Pemprov Bali telah memberi tugas kepada PT Jamkrida Bali Mandara dan PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) sebagai pelaksana dan penanggung jawab proyek.
Direktur Utama SBDJ I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara mengatakan sudah ada tiga konsorsium investor yang menyatakan minat dan mengirimkan dokumen request for qualification (RFQ) hingga 6 Juni 2024.
Ari menyebutkan ketiga investor tersebut antara lain konsorsium asal Indonesia, yakni PT Bumi Indah Prima bersama dengan perusahaan China, RATP Group asal Prancis, hingga Siemens Group dari Jerman.
"Investasi [riilnya] belum tau, tetapi dari verbal commitment salah satu investor mencapai US$20 miliar," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (6/6/2024).
Dia menjelaskan rencana rute Bali Urban Rail berdasarkan salah satu proposal yang sudah masuk terdiri dari tiga fase. Fase 1 melewati Ngurah Rai - Kuta - Seminyak - Canggu - Cemagi - Munggu. Fase 2 yakni Kuta - Renon - Sanur - Ubud. Adapun, Fase 3 mencakup Kuta - Nusa Dua.
Baca Juga
Dia mengatakan Bali Urban Rail bakal dibangun dengan opsi bawah tanah (underground) karena ada tiga alasan utama tidak bisa dibangun secara melayang (elevated).
Pertama, ada ketentuan adat Bali bahwa bangunan tidak boleh melebihi 15 meter, karena ada banyak bangunan suci seperti pura. Kedua, harga tanah di Bali sangat mahal, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pembebasan lahan proyek.
Ketiga, Bali merupakan industri wisata, sehingga akan mengganggu apabila ada penutupan jalan imbas pengerjaan proyek.
Dia menjelaskan latar belakang pembangunan Bali Urban Rail adalah perkembangan sektor pariwisata di Tanah Dewata yang kian pesat usai pandemi Covid-19. Pada 2023, jumlah wisatawan yang datang mencapai 15,1 juta orang, sedangkan tahun ini diprediksi mencapai 20 juta orang.
Tingginya jumlah wisatawan, lanjutnya, tidak diimbangi dengan kapasitas infrastruktur transportasi yang memadai. Telah terjadi peningkatan jumlah kendaraan, tetapi ada pengurangan panjang jalan.
Berdasarkan data Pemprov Bali, total sepeda motor dan mobil pada 2023 mencapai 4,8 juta unit atau naik 4% sejak 2020 yang sejumlah 4,3 juta unit. Sementara, panjang jalan turun 4% dari 9.800 km pada 2020 menjadi 8.700 km pada 2023.
Ari menuturkan kondisi tersebut membuat kondisi lalu lintas di Bali kian memburuk. Salah satu kejadian terparah adalah pada Desember 2023 yang membuat turis terpaksa berjalan kaki di jalan tol untuk ke bandara.
Solusinya adalah dengan membangun sistem angkutan umum berbasis rel. Selain itu, untuk meningkatkan minat investasi, maka perlu ditambah dengan pengembangan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD).