Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Ditambah jadi 61%, Bahlil Minta Freeport Bangun Smelter di Timika

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meminta Freeport membangun smelter di Timika, Papua lantaran pemerintah menambah saham menjadi 61%.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers pemaparan realisasi investasi kuartal I/2024, Senin (29/4/2024).
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers pemaparan realisasi investasi kuartal I/2024, Senin (29/4/2024).

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah mendorong PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk membangun smelter di Timika, Papua Tengah, dekat dengan tambang Freeport.

Permintaan ini beriringan dengan rencana pemerintah yang akan menambah jumlah saham milik Indonesia di PTFI menjadi 61% pada 2041.

“Kita sedang memikirkan, begitu aturannya keluar, kita akan mengakuisisi lagi sahamnya tambah 10%. Sekarang kita 51%, kita ingin Indonesia harus mayoritas lagi, negosiasinya sudah selesai dan Freeport setuju untuk penambahan saham 10% pada 2041,” kata Bahlil saat kuliah umum yang digelar di Universitas Islam As Syafi'iyah, Bekasi, Jumat, (31/5/2024).

Dia menyampaikan bahwa smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan nilai investasi mencapai US$3 miliar yang berada di Gresik, Jawa Timur akan mulai beroperasi pada 1 Juli 2024.

“Mulai 1 Juli ke depan, pabrik Freeport akan mengolah konsentrat tembaga dari Timika di Gresik. Dalam satu tahun, pabrik ini akan menghasilkan 60 ton emas murni, 400 ribu ton katoda tembaga, dan berbagai produk turunan lainnya,” ungkapnya.

Menurut Bahlil, pembangunan smelter dan proses divestasi saham Freeport merupakan bagian dari program hilirisasi pemerintah, yang merupakan salah satu strategi investasi yang dilakukan oleh negara untuk menciptakan lapangan pekerjaan di masa mendatang.

“Dunia saat ini sedang berbicara tentang green energy dan green industry. 2035 puncaknya bonus demografi, 65 persen penduduk Indonesia adalah usia produktif. Dan karena itu kita harus mendesain dari sekarang agar bangsa kita tidak menjadi negara konsumtif,” imbuhnya.

Bahlil memberikan contoh, cadangan nikel Indonesia mencapai 25% dari total cadangan nikel dunia, sehingga pemerintah memutuskan untuk menghentikan ekspor bijih nikel pada 2019. Kebijakan tersebut berhasil memberikan nilai tambah terhadap perekonomian Indonesia.

Dia mengungkapkan nilai ekspor nikel RI hanya US$3,3 miliar pada 2017. Begitu pemerintah setop ekspor bahan baku dan membangun industri serta pabrik, Bahlil mengatakan pada 2023 nilai ekspor melonkak menjadi US$33,5 miliar.

"Nilainya hampir sebesar Rp500 triliun,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan banyak negara-negara maju yang tidak senang atas kebijakan Indonesia yang melarang ekspor bijih nikel. Bahkan, Indonesia sempat digugat oleh Uni Eropa di World Trade Organization (WTO) terkait kebijakan tersebut.

“Mereka takut negara kita kuat. dan saya masih yakin bahwa ada sebagian negara lain yang tidak ingin Indonesia berdaulat dalam mengelola kekayaannya sendiri,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper