Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Transformasi Subsidi Energi hingga Pesta Harga Emas

Transformasi subsidi energi hingga pesta harga emas menjadi berita  pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News.
Top 5 News. Sumber: Canva.
Top 5 News. Sumber: Canva.

Bisnis.com, JAKARTA— Melalui Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2025 yang telah disampaikan, pemerintah menargetkan efisiensi anggaran belanja kompensasi dan subsidi energi sebesar Rp67,1 triliun per tahun dengan melakukan reformasi subsidi dan kompensasi energi.

Transformasi subsidi energi hingga pesta harga emas menjadi berita  pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News edisi Selasa (28/5/2024). Berikut selengkapnya:

1. Hitung Mundur Transformasi Subsidi Energi

Besarnya alokasi belanja energi yang digelontorkan pemerintah setiap tahunnya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), membuat pemerintah mulai berpikir ulang untuk melakukan transformasi subsidi dan kompensasi energi.

Terlebih, pemerintahan yang akan datang, presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki sejumlah program yang membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Di sisi lain, pemberian subsidi energi, terutama untuk BBM, LPG, dan listrik meskipun dinilai cukup ampuh meredam inflasi, pengangguran, hingga kemiskinan, nyatanya selama ini membuat kondisi keuangan negara menjadi tidak sehat.

Tahun ini saja, pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun, dengan perincian Rp113,3 triliun untuk bahan bakar minyak (BBM) dan LPG, serta Rp73,6 triliun untuk subsidi listrik.

Jika dilihat trennya dalam periode 2019—2023, subsidi energi menunjukkan pertumbuhan rata-rata 3,1%, dari sebesar Rp136,9 triliun pada 2019 menjadi sebesar Rp164,3 triliun pada 2023. Namun, melalui Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal 2025 yang telah disampaikan, pemerintah menargetkan efisiensi anggaran belanja kompensasi dan subsidi energi sebesar Rp67,1 triliun per tahun dengan melakukan reformasi subsidi dan kompensasi energi.

Kendati demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa pemerintah akan melihat kondisi keuangan negara sebelum mengevaluasi penggunaan subsidi energi pada Juni mendatang.

Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah akan selalu mengkaji secara matang terkait dengan kebijakan yang akan berkorelasi dengan masyarakat. “Semuanya akan dikalkulasi, semua akan dihitung, semua akan dilakukan lewat pertimbangan yang matang karena itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Bisa mempengaruhi harga, bisa mempengaruhi semuanya kalau urusan minyak,” ujar Kepala Negara saat memberikan sambutan di agenda Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan di Istora Senayan, Jakarta, Senin (27/5/2024).

 2. APBN Per April Surplus, Waspada Penerimaan Pajak

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada April 2024 mencatatkan surplus sebesar Rp75,7 triliun. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (27/5/2024).

Sri Mulyani menyampaikan bahwa surplus APBN hingga April 2024 tersebut setara dengan 0,33% dari PDB. Surplus pada April 2024 tersebut naik signifikan dibandingkan dengan capaian pada bulan lalu yang sebesar Rp8,1 triliun.

“APBN kita mengalami surplus Rp75,7 triliun. Ini artinya 0,33% dari estimasi PDB tahun ini,” katanya.

Sejalan dengan itu, dia mengungkapkan keseimbangan primer pada periode April 2024 mencatatkan surplus sebesar Rp231,7 triliun.

Sri Mulyani merincikan bahwa realisasi pendapatan negara tercatat mencapai Rp924,9 triliun pada April 2024, 33,0% dari target APBN 2024.Realisasi penerimaan negara tersebut mengalami penurunan sebesar 7,6% jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.

“Ada 7,6% penurunan year-on-year [yoy] dari pendapatan negara pada akhir April 2024,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan bahwa belanja negara hingga April 2024 terealisasi sebesar Rp849,2 triliun, mencapai 25,5%% dari target yang ditetapkan dalam APBN.Realisasi belanja negara tersebut mencatatkan peningkatan sebesar 10,9% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

3. Membaca Efek Domino Tren Penurunan Penjualan Mobil ke Industri Leasing

Tren penurunan penjualan mobil pada kuartal I/2024 dapat berdampak terhadap dinamika bisnis pembiayaan, mengingat segmen kendaraan menjadi penopang bisnis.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil domestik secara wholesale mencapai 263.706 unit pada Januari—April 2024. Angka tersebut turun 22,8% secara tahunan (year on year/yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 341.582 unit.

Secara bulanan (month to month/mtm) juga mengalami penurunan mencapai 34,9% mtm menjadi 48.637 unit dari sebelumnya 74.724 unit secara wholesale pada Maret 2024. Penjualan secara ritel juga turun 14,8% yoy dari sebelumnya 339.954 unit menjadi 289.551 unit pada Januari—April 2024. Begitu juga secara mtm, yang mana turun 28,4% menjadi 58.779 unit dari sebelumnya 82.088 unit pada Maret 2024.

Padahal, tidak sedikit perusahaan pembiayaan yang bisnisnya didominasi oleh permintaan pembiayaan mobil baru. Misalnya saja, PT Bank Central Asia Finance (BCA Finance) mencatatkan pembiayaan perseroan masih didominasi oleh pembiayaan mobil baru pada April 2024. Meskipun penjualan mobil baru secara domestik kembali turun pada awal kuartal II/2024.

Direktur Utama BCA Finance Roni Hasyim berujar, perseroan mampu menyalurkan pembiayaan baru sebanyak Rp14,8 triliun pada Januari—April 2024. Penyaluran pembiayaan baru tersebut meningkat 12,9% yoy jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

“Komposisi mobil baru mencapai 70% dari total [pembiayaan baru], yang mana penyalurannya [mobil baru] juga masih naik,” kata Roni kepada Bisnis, Senin (27/5/2024).

Roni menilai bahwa kuartal II/2024 akan berat mengingat adanya tren penurunan mobil sepanjang Januari—April 2024. Kendati demikian, perseroan akan tetap optimistis melihat pembiayaan mobil baru ke depan. Kendati perseroan tetap menyediakan pembiayaan mobil bekas, dia meyakini pembiayaan baru akan tetap mendominasi. “Untuk komposisi target baru dan bekas, belum ada rencana untuk diubah,” katanya.

4. Laba Manufaktur di China Rebound Disokong Sektor Elektronik

Profit industri di China akhirnya kembali tumbuh setelah turun dalam 7 bulan berturut-turut sejalan dengan meningkatnya permintaan untuk peralatan.

Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat keuntungan industri China tumbuh 4,3% (year-on-year/YoY) hingga April 2024. Keuntungan  manufaktur peralatan berhasil melampaui pertumbuhan total, yakni sebesar 16,3% (YoY) dibandingkan dengan 12% (YoY). 

Adapun berdasarkan sektor, elektronik seperti smartphone dan sirkuit terintegrasi menunjukkan permintaan yang signifikan dengan pertumbuhan hingga 75,8%. Sektor lain seperti peralatan industri transportasi, dan otomotif juga menunjukkan pertumbuhan cemerlang, masing-masing 40,7% dan 29%.

Beberapa faktor pendorongnya adalah pemulihan permintaan pasar, pertumbuhan produksi industri yang makin cepat, penurunan harga di tingkat pabrik semakin menyempit, dan tingkat koordinasi produksi dan penjualan meningkat.

Adapun program pemerintah seperti subsidi, investasi, dan standar lingkungan baru untuk permesinan juga berperan dalam pertumbuhan laba industri.

NBS menggarisbawahi lebih dari 70 persen seluruh industri mengalami peningkatan laba dibandingkan periode yang sama tahun lalu sepanjang 4 bulan pada tahun ini.

5. Ramalan Kembalinya Pesta Harga Komoditas Emas

Kerap mengalami pelemahan harga dalam sebulan terakhir, kini komoditas logam mulia, emas digadang-gadang bakal mampu menyentuh rekor US$2.600 per troy ounce hingga akhir tahun ini setelah mengalami konsolidasi.

Dilansir dari Bloomberg Senin (27/5/2024), UBS Group AG merevisi naik prospek harga emas akhir 2024 sebesar 4% ke US$2.600 per troy ounce. Kondisi tersebut disokong oleh ekspektasi penurunan suku bunga.

Dengan kondisi tersebut, Analis UBS Group AG Wayne Gordon dan Giovanni Staunovo merekomendasikan investor agar membeli emas ketika harga turun mendekati US$2.300 per troy ounce. Mereka meyakini koreksi yang terjadi saat ini hanya berdurasi singkat.

Dalam catatan Bisnis, pergerakan harga emas turut terdongkrak oleh permintaan investor asal China. Minat pemodal asal Negeri Panda meningkat sejalan dengan kondisi perekonomian yang tengah berkinerja buruk.

 “Permintaan yang kuat dari China berarti harga emas akan bergerak lebih jauh,” tulis ANZ Group Holding Ltd. dalam catatannya. Adapun, ANZ Group memprediksi harga emas akan merangkak naik mendekati posisi US$2.500 per ounce pada akhir 2024.

Harga emas tercatat mengalami 3,33% dalam sepekan pada rentang 20 Mei 2024 hingga 24 Mei 2024. Rapor itu setelah logam mulia menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$2.449,89 per troy ounce pada Senin (20/5/2024). Memasuki pekan terakhir Mei 2024, harga emas di pasar spot telah menguat 0,19% ke level 2.338,34 pada perdagangan Senin (27/5/2024) pada pukul 06.25 WIB.

Sebelumnya komoditas di pasar spot mencatatkan pelemahan sebesar 3,33% dalam sepekan.   Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 menguat 0,20% ke level US$2.361,70 per troy ounce pada pukul 06.40, setelah sebelumnya mencatatkan pelemahan sebesar 3,42% dalam sepekan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper