Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan mencatat realisasi pembiayaan utang pemerintah hingga 30 April 2024 mencapai Rp119,1 triliun.
Realisasi tersebut mencapai 18,4% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun. Realisasi tersebut pun turun 51,2% jika dibandingkan dengan posisi pada April tahun lalu.
Jika dirincikan, pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp128,6 triliun, turun sebesar 46,4% dibandingkan dengan posisi pada April 2023.
“Bahkan untuk penerbitan SBN, secara neto mencapai Rp128,6 triliun, itu dibandingkan target APBN yang Rp666,4 triliun, itu berarti mencapai 19,3% [dari target APBN], di bawah 20%,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (27/5/2024).
Secara keseluruhan, Sri mulyani menyampaikan bahwa pembiayaan anggaran hingga April 2024 mencapai Rp71,1 triliun atau mencapai 13,6% dari target dalam APBN.
Realisasi pembiayaan anggaran tersebut kata Sri Mulyani turun sangat tajam sebesar 68,3% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp224,4 triliun.
Baca Juga
“Situasi ini sebetulnya cukup menguntungkan kita, karena pada April dengan volatilitas [yang tinggi] kita lihat terjadi kepanikan atau sedikit kenaikan dari sisi gejolak di pasar keuangan, termasuk dalam hal ini pasar bond, nilai tukar, dan saham,” katanya.
Sri Mulyani mengatakan, dalam situasi volatilitas yang tinggi di pasar keuangan, spread tingkat imbal hasil SBN dan US Treasury cukup terukur. Hal ini juga didukung dengan kembali terjadinya aliran masuk modal asing ke pasar SBN sebesar Rp13,56 triliun pada Mei 2024.
“Ini gambaran SUN [surat utang negara] kita sangat dipercaya, dijaga. Oleh karena itu, kita mendapatkan dampak dari stabilitas harga meskipun dunia sedang mengalami gejolak. Ini karena track record APBN kita cukup prudent, selama ini kita transparan, akuntabel,” jelasnya.