Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan ekonomi stabil di sekitar 5%, investasi dan program pemerintah cenderung standstill di periode pemilu. Konsumsi menjadi motor pertumbuhan didukung peningkatan belanja pemerintah dan aktivitas terkait pemilu.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menilai pada 2025 pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat seiring ekpansi fiskal pemerintah.
“Namun persistensi kenaikan pertumbuhan akan dipengaruhi oleh keberhasilan reformasi struktural dan terjaganya investasi,” ujarnya di Jakarta, Senin (20/5/2024)
Lebih lanjut, kata Mahendra untuk tahun ini pasar terus mencermati kinerja sektor berbasis komoditas dan arah kebijakan ekonomi Presiden terpilih. Kebutuhan pembiayaan korporasi pun meningkat seiring turunnya pendapatan dan kas internal perusahaan
“Ke depan [2025] likuiditas di pasar bakal meningkat seiring ekpansi likuiditas global, namun perkembangan pasar juga bakal dipengaruhi oleh program pemerintah dan bagaimana rencana pembiayaannya,” katanya.
Masih dari sisi domestik, tahun ini ekspor masih tertekan seiring penurunan harga komoditas dan permintaan global, magnitude defisit Current Account lebih dipengaruhi kebijakan domestik seperti keberlanjutan proyek padat modal.
Baca Juga
Sedangkan, dia menilai pada 2025 permintaan global permintaan global diproyeksikan masih melandai, tetapi dengan harga komoditas, terutama pangan, diperkirakan akan menjadi lebih stabil seiring berakhirnya fenomena El Nino.
Menurutnya, dengan stabilnya ekspor akan menjadi faktor penting dalam perkembangan Current Account.
"Perkembangan Current Account akan lebih dipengaruhi impor misalnya terkait pemenuhan program prioritas Pemerintah," tuturnya.
Kemudian, dari sisi global, Mahendra menyebut ketidakpastian ke depan masih tinggi. Saat ini pertumbuhan ekonomi global cenderung sideways dengan divergensi yang tinggi, mulai dari persistensi inflasi di AS, serta risiko stagflasi di Eropa dan perlambatan Tiongkok.
Nantinya, kata Mahendra, meski pertumbuhan ekonomi global masih sideways, akan tetapi faktor utama yang akan memengaruhi percepatan pertumbuhan global adalah keberhasilan dari stimulus fiskal yang diterapkan terutama di Tiongkok
Lebih lanjut, tensi geopolitik dinilai masih tinggi, di mana terjadi perang terbuka di berbagai kawasan serta tak sedikit dipengaruhi pemilu di beberapa negara utama
“Risiko geopolitik dapat menjadi black swan, yang akan teramplikasi jika Trump terpilih. Defence spending meningkat secara global,” ucapnya.
Berdasarkan IMF World Economic Outlook April 2024, realisasi atas PDB Indonesia mencapai 5,05%pada 2023. Sementara, proyeksi full year untuk 2024 sebesar 4,96% dan 2025 mencapai 5,06%.
Sedangkan, realisasi atas inflasi Indonesia pada 2023 mencapai 3,7%. Adapun, inflasi Indonesia diproyeksikan bakal stabil, di mana 2024 dan 2025 masing-masing akan mencapai 2,6%