Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janji Prabowo-Gibran Butuh Anggaran Besar, Menkeu Sri Mulyani Ungkap Jalur Komunikasi APBN 2025

Pemerintah mulai membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk APBN 2025 yang dijalankan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025 di rapat paripurna DPR RI, Senin (20/5/2024). Dok Youtube TV Parlemen
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025 di rapat paripurna DPR RI, Senin (20/5/2024). Dok Youtube TV Parlemen

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mulai membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025 dengan DPR RI. 

Untuk diketahui, dokumen KEM PPKF akan menjadi acuan dalam menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah (RAPBN) tahun anggaran 2025. Produk undang-undang yang akan dijalankan oleh Presiden Indonesia 2024-2029, pasangan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pihaknya dalam hal ini akan terus melakukan komunikasi dengan tim presiden terpilih Prabowo Subianto terkait penyusunan anggaran tersebut.

Dengan demikian, KEM-PPKF maupun APBN 2025 yang disusun oleh pemerintahan saat ini dapat mengakomodir aspirasi atau program prioritas yang akan dijalankan pemerintahan yang baru.

“Kita terus berkomunikasi dengan dengan tim maupun orang-orang yang ditunjuk oleh pak Prabowo, sehingga apa yang kita tuangkan akan bisa sedapat mungkin memasukkan seluruh aspirasi, sehingga pemerintah baru programnya dan prioritas pembangunannya tetap bisa berjalan tanpa harus menunggu waktu,” katanya usai rapat paripurna di DPR RI, Senin (20/5/2024).

Dalam dokumen KEM-PPKF 2025, Sri Mulyani menyampaikan bahwa defisit fiskal pada 2025 diperkirakan berada pada kisaran 2,45% hingga 2,82% dari PDB.

Hal ini sejalan dengan belanja pemerintah yang diperkirakan berkisar 14,59% hingga 15,18% dari PDB, sementara pendapatan negara diperkirakan mencapai kisaran 12,14% hingga 12,36% dari PDB.

Oleh karenanya, Sri Mulyani menyampaikan bahwa upaya untuk menutup defisit tersebut dilakukan dengan mendorong pembiayaan yang inovatif, prudent dan sustainable.

Pemerintahan yang mendatang ditargetkan dapat mengendalikan rasio utang dalam batas yang terkelola pada kisaran 37,98% hingga 38,71% terhadap PDB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper