Bisnis.com, BOGOR - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) membeberkan masih perlunya evaluasi dalam pengembangan minyak makan merah.
Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM Riza Damanik mengatakan, ada dua hal yang menjadi perhatian berkaitan dengan pengembangan minyak makan merah saat ini, yaitu persiapan koperasi yang solid dan sinergitas antarkementrian dan lembaga.
“Capaian koperasi minyak merah evaluasinya, PR terbesar ada dua. Pertama, bagaimana mempersiapkan koperasi yang betul-betul sehat, kuat, dan peran soliditas keangggotaannya berjalan dengan baik," kata Riza di Bogor, Kamis (16/5/2024).
Riza menjelaskan, pada catatan pertama memang diperlukannya menemukan koperasi yang profesional sehingga dalam pengelolaan produksi, termasuk pengolahan pabriknya berjalan dengan baik.
Kedua, Riza melihat pentingnya kolaborasi dan sinergi lintas kementerian hingga lembaga yang kuat, agar ada langkah pasti ke depannya.
Lebih lanjut, Riza menyampaikan perlu adanya task force yang bekerja guna mempercepat pengembanan minyak merah di sentra perkebunan sawit, bukan hanya kementerian hingga lembaga pusat, tapi harus sampai daerah.
Baca Juga
Selain itu, peran lain dari stakeholder lain pun dibutuhkan agar minyak makan merah bisa berjalan dengan baik.
"BPDPKS, PPKS lalu ada kaitanya dengan daerah terkait izin, terus sertifikasi misal BPOM jadi seprtinya harus ada. Jadi, kalau ingin akseleratif perlu dua itu," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, pada Kamis, (14/3/2024). Pabrik dengan kapasitas produksi 10 ton crude palm oil (CPO) per hari ini diharapkan dapat menghasilkan sekitar 7 ton minyak makan merah setiap hari.
Pabrik tersebut merupakan hasil inovasi yang dirancang dan dibangun oleh salah satu anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara, yakni PT Riset Perkebunan Nusantara dan unit usaha Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Adapun, Jokowi meyakini peresmian pabrik minyak makan merah pertama di Indonesia menandai langkah maju dalam industri kelapa sawit nasional dan pemberdayaan petani serta program hilirisasi.
Indonesia, kata Jokowi sebagai negara dengan lahan kebun kelapa sawit seluas 15,3 juta hektare, dengan 40,5% di antaranya milik petani, terus berupaya meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri.
Kehadiran pabrik pertama yang memproduksi minyak makan merah ini diharapkan memberikan nilai tambah signifikan bagi petani sawit.
Dia menegaskan kehadiran pabrik lantaran pemerintah ingin nilai tambah itu ada di dalam negeri. Oleh sebab itu, dengan membangun pabrik minyak makan merah yang pertama kali, maka harapannya dapat memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang sudah dalam bentuk koperasi.
“Jadi, harga TBS [tandan buah segar] tidak naik dan turun karena di sini semuanya diolah menjadi barang jadi yaitu minyak makan merah,” tuturnya dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden.