Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bawang Putih di China Murah Tapi Sampai RI Mahal, Kok Bisa?

Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan bahwa mahalnya harga bawang putih di Indonesia bukan disebabkan oleh tingginya harga di China sebagai sumber impor.
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pedagang menunjukan bawang putih di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan bahwa mahalnya harga bawang putih di Indonesia bukan disebabkan oleh tingginya harga di China sebagai sumber impor.

Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono membeberkan, tingginya harga bawang putih saat ini disebabkan oleh macetnya realisasi impor.

Dia memerinci, rata-rata harga bawang putih secara nasional per 8 Mei 2024 mencapai Rp46.450 per kilogram, telah naik 16,1% dibandingkan harga pada 1 Januari 2024 sebesar Rp40.000 per kilogram. Harga bawang putih saat ini juga telah naik signifikan dibandingkan harga rata-rata pada 2023 sebesar Rp29.350 per kilogram.

Sementara itu, Edy mengatakan bahwa hasil penelusuran yang dilakukan pemerintah mendapati bahwa harga bawang putih di China di tingkat grosir ternyata kurang dari US$1 per kilogram atau hanya US$0,89 per kilogram. Menurutnya, dengan kondisi harga bawang putih di negara sumber impor yang cenderung stabil itu, seharusnya harga bawang putih di dalam negeri tidak terlalu tinggi.

"Jadi tidak ada alasan bahwa mahalnya bawang putih ini karena harga di China mahal, karena harga di China ternyata tidak mahal," ujar Edy dalam rapat pengendalian inflasi daerah, Senin (13/5/2024).

Dia pun memastikan bahwa akar persoalan harga bawang putih yang melonjak disebabkan oleh realisasi impor yang seret. Adapun, realisasi impor bawang putih hingga 8 Mei 2024, tercatat hanya 113.477 ton atau baru 34,7% dari persetujuan impor yang diterbitkan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Realisasi impor bawang putih tersebut dipastikan hanya dapat memenuhi 42,2% kebutuhan nasional selama 5 bulan.

Salah satu dugaan penyebab pengadaan impor bawang putih yang lambat, kata Edy, lantaran sebagian besar pelaku usaha yang mendapatkan persetujuan impor merupakan pemain baru. Para importir baru itu dianggap membutuhkan waktu lebih lama dalam melakukan impor.

Namun, Edy menilai seharusnya para pemegang izin impor sudah memiliki akses dan kapasitas yang memadai untuk melakukan pengadaan bawang putih dari China.

"Seharusnya tidak seperti itu ya, kita asumsikan orang kalau sudah dapat persetujuan impor seharusnya sudah punya kapasitas," ucapnya.

Diberitakan Bisnis, Senin (22/4/2024), importir sekaligus anggota Perkumpulan Pengusaha Bawang Putih dan Umbi Indonesia (Pusbarindo) Jaya Sartika menyebut, harga bawang putih di China cenderung stabil di kisaran US$1.200 per ton. 

"Di China harga stabil, turun naik tidak banyak," ungkap Jaya saat dihubungi. 

Menurutnya, masih minimnya realisasi impor lebih disebabkan oleh penerbitan surat persetujuan impor (SPI) yang terlambat. Dia membeberkan, SPI bawang putih baru diterbitkan sekitar awal Februari 2024. Namun, SPI yang diterbitkan, kita dia, kebanyakan diberikan kepada importir baru. 

"Problem utamanya SPI terlambat rilisnya, awal Februari 2024 SPI rilis, sampai sekarang belum rilis lagi dan yang diberikan pemain baru semua, kami [pemain lama] hanya nonton saja," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper