Bisnis.com, JAKARTA — ExxonMobil Corporation (NYSE:XOM) resmi mengakuisisi seluruh saham pesaingnya di Amerika Serikat, Pioneer Natural Resources (NYSE:PXD) dengan nilai mencapai US$60 miliar atau sekitar Rp962,4 triliun (asumsi kurs Rp16.040 per dolar AS), pada Jumat pekan lalu.
Merger itu bakal menciptakan portofolio yang solid untuk Exxon dengan potensi pengembalian investasi dan pengembangan yang besar di Cekungan Permian.
Gabungan kedua perusahaan itu bakal memiliki luasan konsesi mencapai 1,4 juta hektare di Cekungan Delaware dan Midland yang diperkirakan memiliki sumber daya setara minyak sebesar 16 miliar barel.
Selain itu, volume produksi Permian dari Exxon akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,3 juta barel setara minyak per hari (Moebd), berdasarkan volume tahun 2023, dan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 2 Moebd pada 2027, berdasarkan perkiraan awal.
“Aset utama dan tingkat satu ini sangat cocok untuk portofolio Permian kami dan memberi kami peluang lebih besar untuk menerapkan teknologi kami serta efisiensi operasional dan modal demi pemegang saham jangka panjang,” kata Chairman dan CEO ExxonMobil Darren Woods seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (8/5/2024).
Penggabungan aset milik Pioneer ini diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dua digit lewat keunggulan proyek yang dimiliki Exxon.
Baca Juga
“Kombinasi kedua perusahaan kami memberikan manfaat bagi ketahanan energi dan perekonomian negara ini, dan juga memajukan ambisi nol bersih Pioneer pada 2050 ke rencana tahun 2035.” kata Woods.
Sebelumnya, kesepakatan ini diperkirakan akan membuat empat perusahaan minyak terbesar di AS menguasai sebagian besar ladang minyak shale di Permian Basin dan infrastrukturnya.
Woods memperkirakan tidak akan ada gugatan antimonopoli dalam menyelesaikan kesepakatan ini.
"Pangsa pasar dari kombinasi ini tampaknya berada di bawah ambang batas yang biasanya memerlukan tindakan," analis RBC Capital Markets Scott Hanold mengatakan dalam sebuah catatan.