Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Proyek 'Gudang Karbon' CCS Pertamina-ExxonMobil Diputus 2026

Keputusan akhir investasi proyek carbon capture and storage (CCS) di wilayah Cekungan Sunda-Asri ditargetkan paling telat 2026.
Pengeboran minyak lepas pantai. Bloomberg
Pengeboran minyak lepas pantai. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) menyatakan, keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) proyek carbon capture and storage (CCS) di wilayah Cekungan Sunda-Asri bakal dipegang paling telat 2026. 

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan dan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi mengatakan, appraisal pengeboran bakal dilakukan tahun ini. 

“Sekarang kan progresnya implementasinya on track dan appraisal driling akan dilakukan tahun ini,” kata Jodi saat ditemui di Jakarta, Rabu (24/4/2024). 

Adapun, kandidat proyek CCS itu digarap PT Pertamina (Persero) bersama dengan ExxonMobil

Pertamina mengidentifikasi potensi tempat penyimpanan karbon di cekungan itu mencapai kapasitas 2 giga ton CO2. 

“FID Sunda-Asri itu segera bisa dilakukan 1 sampai dengan 2 tahun ke depan,” kata dia. 

Di sisi lain, Jodi menuturkan, eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair berkomitmen untuk ikut mendorong investasi CCS di Indonesia lewat penjajakan pada calon offtaker.

Lewat Tony Blair Institute for Global Change, kata Jodi, Blair diharapkan dapat mendorong kerja sama lintas negara atau cross border dalam penerapan CCS mendatang. 

“Pak Tony Blair tentunya menyampaikan juga harapan supaya bisa terus ikut membantu dan melakukan kerja sama dengan negara-negara lain terutama kerja sama cross border,” kata dia. 

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, persoan telah melakukan studi mandiri dan menemukan total potensi penyimpanan karbon sebesar 400 giga ton dari seluruh cekungan migas di Indonesia.

Nicke menuturkan bahwa implementasi CCUS dalam negeri saat ini kian relevan dengan pemanfaatan minyak dan gas bumi (migas) yang tetap dibutuhkan hingga nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) 2060. 

Penerapan teknologi CCUS diketahui dapat menjadi faktor penting pada industri saat ini yang di mana tengah memasuki masa adaptasi menyambut transisi energi.

"Porsi penggunaan energi baru dan terbarukan pada bauran energi 2060 sebesar 51%, artinya masih ada yang menghasilkan emisi. Oleh karena itu, penting untuk membicarakan CCUS," ujarnya. 

Berdasarkan identifikasi pada 20 cekungan produksi, Kementerian ESDM memperkirakan kapasitas penyimpanan karbon domestik pada lapisan saline aquifer mencapai 572,77 gigaton CO2 (karbon dioksida), jauh lebih tinggi dari perhitungan pada 2015 lalu di level 9,7 gigaton CO2.  

Sementara itu, potensi penyimpanan pada lapisan depleted migas dari hitung-hitungan terbaru mencapai 4,85 giga ton CO2, lebih tinggi dari perkiraan pada 2015 lalu di level 2,5 gigaton CO2. 

Hasil kajian lain yang dilakukan oleh ExxonMobil memperkirakan potensi penyimpanan sekitar 80 gigaton CO2 pada saline aquifer, sementara dari hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 giga ton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper