Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom melihat melandainya inflasi pada April 2024 hanya terjadi sementara dan berpontensi kembali naik karena masih tingginya tekanan dari inflasi barang impor atau imported inflation.
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti melihat dampak penurunan inflasi ini karena beberapa harga komoditas menurun seperti harga pangan.
Menurutnya, kondisi ini biasa terjadi setelah efek Lebaran dan Ramadan, terlebih telah rampungnya ajang Pemilu 2024.
“Penurunan inflasi tentunya tidak berlangsung lama karena inflasi impor masih lebih tinggi akibat depresiasi rupiah dan harga minyak dunia meningkat,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/5/2024).
Terlebih, adanya konflik Iran dan Israel mendorong potensi tekanan dari inflasi dari kenaikan suku bunga The Fed masih terus akan terjadi.
Oleh karena itu, Esther menekankan kepada pemerintah dan Bank Indonesia untuk memperkuat fundamental ekonomi karena menjadi bekal dalam pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede menyebutkan capaian inflasi April 2024 telah sesuai perkiraannya, di mana laju inflasi inti tahunan meningkat dari 1,77% (year-on-year/yoy) di Maret 2024 menjadi 1,82% pada April 2024.
Salah satunya, didorong oleh inflasi impor yang lebih tinggi karena depresiasi rupiah. Selain itu, juga akibat peningkatan permintaan selama periode Lebaran, serta kenaikan harga emas.
Josua memperkirakan inflasi pada akhir 2024 akan berada dalam kisaran target 1,5%-3,5%, meski di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
“Dengan potensi tekanan ke atas pada paruh pertama tahun 2024 yang berasal dari dampak El Nino dan inflasi impor yang lebih tinggi akibat depresiasi rupiah di tengah risiko suku bunga kebijakan global yang higher for longer,” tuturnya.
Sebelumnya, Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan bahwa realisasi inflasi pada momen Lebaran ini nyatanya lebih rendah dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya, bahkan lebih rendah dari Maret 2024.
“Inflasi pada April 2024 ini juga lebih rendah jika dibandingkan periode Lebaran di 3 tahun sebelumnya, pada April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021,” ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (2/5/2024).
Amalia menjelaskan tren inflasi yang semakin melandai pada April 2024 ini terjadi akibat komponen harga bergejolak, utamanya beras, mengalami deflasi setelah selama 7 bulan berturut-turut menyumbang inflasi.