Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volatilitas Warnai Spring Meetings IMF-WB 2024, Ketahanan Ekonomi Dunia Kembali Diuji

Dengan guncangan yang terjadi, terutama memanasnya tensi geopolitik dan ancaman inflasi yang belum berakhir, ketahanan negara-negara dunia akan kembali diuji.
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington D.C., AS/ Bloomberg - Andrew Harrer

Urgensi Pengetatan Fiskal

Pada kesempatan berbeda, Direktur Departemen Urusan Fiskal IMF Vitor Gaspar menyampaikan bahwa utang dan defisit publik yang meningkat hingga 2023 menjadi hambatan untuk kembali ke tingkat pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi Covid-19.

IMF mencatat, hanya separuh ekonomi dunia yang memperketat kebijakan fiskal pada tahun lalu. Akibatnya, utang publik meningkat ke level 93% dari PDB pada 2023, 9 poin persentase di atas tingkat prapandemi. 

Menurut Gaspar, pengetatan fiskal akan tetap moderat tahun ini, seiring dengan berlanjutnya ketidakpastian yang signifikan. 

Apalagi, lebih dari separuh populasi dunia, akan menyelenggarakan pemilu. Secara historis, defisit anggaran pada periode Pemilu meningkat 0,4 poin persentase dari PDB, lebih tinggi dari yang dianggarkan.

“Ke depan, utang publik global diproyeksikan akan mendekati 100 persen dari PDB pada akhir dekade ini,” kata Gaspar.

Gaspar menjelaskan, peningkatan utang publik global terutama didorong oleh China dan Amerika Serikat (AS), di mana utang publik saat ini lebih tinggi dan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat daripada proyeksi sebelum pandemi. 

Kebijakan fiskal yang longgar di AS juga telah memberikan tekanan ke atas pada suku bunga global dan dolar. Hal ini mendorong naiknya biaya pendanaan di seluruh dunia, sehingga memperburuk kerentanan dan risiko yang ada. 

Gaspar menilai, pengetatan fiskal secara moderat dalam jangka menengah tidak akan cukup untuk menstabilkan utang publik di banyak negara.

Dia menyoroti, dampak dari pandemi sangat signifikan bagi negara-negara berkembang terutama, di mana pendanaan juga sangat sulit.

Oleh karena itu, IMF menilai pengetatan fiskal yang berkelanjutan dan kredibel mendesak untuk dilakukan, guna melindungi keuangan publik.

Laju konsolidasi, imbuh Gaspar, harus dikalibrasi, tergantung pada risiko fiskal dan kondisi makroekonomi yang dihadapi masing-masing negara. Mengatasi utang dan defisit saat ini menurutnya akan membantu menghindari penyesuaian yang lebih berat di kemudian hari.  

“Hal ini juga akan menciptakan ruang anggaran untuk pengeluaran prioritas dan untuk menghadapi guncangan di masa depan,” tuturnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper