Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) merespons soal pengaruh konflik Iran-Israel terhadap pasokan produk impor ke Indonesia.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag, Budi Santoso mengatakan bahwa hingga saat ini ketegangan di Timur Tengah tersebut belum memberikan dampak riil terhadap perdagangan luar negeri Indonesia. Khususnya ihwal pasokan produk impor yang dikirim melalui Terusan Suez, seperti gandum.
"Sampai sekarang terutama distribusi [barang impor] yang melalui Terusan Suez, biasanya yang melalui sana kan gandum, tapi sampai saat ini masih lancar belum ada kendala," ujar Budi saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jumat (19/4/2024).
Kendati belum berdampak terhadap perdagangan luar negeri, Budi mengaku pihaknya terus memantau perkembangan situasi global yang berisiko terhadap ekspor dan impor.
"Kami monitor terus, dengan perwakilan kita yang ada di luar negeri," tuturnya.
Selain itu, Budi mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat saat ini yang melampaui Rp16.000 per US$ juga belum terlihat secara riil terhadap impor. Menurutnya, gejolak kurs tersebut tidak bisa dihindari seiring situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Baca Juga
"Memang kondisinya lagi begini, memang dampaknya secara riil belum kelihatan. Mudah-mudahan cepat selasai [pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar]," jelasnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (19/4/2024, rudal-rudal Israel dikabarkan menghantam sebuah lokasi di Iran pada hari ini. Serangan Israel terhadap Iran ini membuat aset safe haven seperti emas dan dolar bergejolak.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan serangan Israel ini memunculkan spekulasi jika Israel di akhir pekan akan melakukan penyerangan ke Iran. Menurut Ibrahim, serangan Israel ini mengejutkan investor sehingga aset-aset safe haven dijadikan sebagai lindung nilai.
"Dolar AS akan menguat, kemungkinan besar ke level 108," kata Ibrahim, Jumat (19/4/2024).
Ibrahim juga menyebut harga emas akan terbang dengan kemungkinan besar level tertinggi akan tercapai di US$2.500 per ounces. Ibrahim juga menuturkan harga minyak mentah dunia sudah terbang, dengan kemungkinan besar akan menuju US$90 per barel.