Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mencatat kekhawatiran antara Jepang dan Korea Selatan terhadap penurunan tajam nilai tukar mata uang kedua negara tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Yellen, dalam pernyataan bersama setelah pertemuan perdana keuangan trilateral bersama dengan Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki dan Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok.
“[AS akan] terus berkonsultasi secara dekat mengenai perkembangan pasar valuta asing sejalan dengan komitmen G20, sambil mengakui keprihatinan yang serius dari Jepang dan Republik Korea mengenai depresiasi tajam baru-baru ini dari yen Jepang dan won Korea,” terangnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (18/4/2024).
Dolar AS telah menguat terhadap mata uang utama lainnya pada tahun ini lantaran kuatnya perekonomian Negeri Paman Sam dengan inflasi yang tinggi, sehingga mengurangi prospek penurunan suku bunga The Fed.
Pada saat ini, Yen terpantau stabil dengan berada di level 154.1 pada pukul 09.35 WIB, setelah mundur dari level 155 di mana banyak pedagang melihat adanya peningkatan risiko intervensi.
Adapun, Won menguat 0,97% dan berada di level 1.373,34.
Baca Juga
Berbagai perjanjian sebelumnya di antara negara-negara berkembang dan negara maju yang tergabung dalam G20, menekankan prinsip yang memungkinkan pasar menentukan nilai tukar, dan tetap membuka peluang untuk mengambil tindakan terhadap volatilitas pasar yang berlebihan.
Setelah pertemuan pada Rabu (17/4) di Washington DC, yang berlangsung di sela-sela pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional-Bank Dunia, Suzuki dan Masato Kanda, pejabat tinggi mata uang Jepang, memuji kesepakatan mengenai mata uang sambil mengulangi poin pembicaraan mereka sebelumnya mengenai pelemahan yen.
“Kami ingin terus berkonsultasi erat dengan AS mengenai perkembangan pasar valuta asing,” terang Suzuki.
Dalam pertemuan tersebut, Suzuki menuturkan bahwa Jepang akan tetap mempertahankan pendiriannya bahwa nilai tukar harus bergerak dengan stabil, sejalan dengan fundamental ekonomi.
Pihaknya akan menangani setiap pergerakan yang berlebihan dengan tepat.
Selain itu, kesepakatan pada Rabu (17/4) mengenai pelemahan mata uang juga dinilai sebagai sebuah pencapaian, karena belum pernah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini adalah kekhawatiran yang serius, bukan kekhawatiran biasa,” terangnya.
Pandangan Analis
Menurut para pengamat uang di Tokyo, pernyataan AS, Jepang dan Korea Selatan tersebut menyiratkan bahwa Paman Sam akan mentolerir intervensi di pasar.
Para pejabat Jepang dan Korea telah meningkatkan peringatan, dengan yen turun sekitar 9% terhadap dolar tahun ini dan won sekitar 7% lebih lemah.
Ahli strategi senior di Resona Holdings Inc. di Tokyo, Keiichi Iguchi, mengatakan bahwa AS secara efektif telah memberikan anggukan untuk melakukan intervensi.
"Hal ini telah meningkatkan spekulasi bahwa intervensi terkoordinasi adalah sebuah kemungkinan,” jelasnya.
Kepala strategi mata uang di Nomura Securities Co, Yujiro Goto, mengatakan bawa kini mungkin lebih mudah untuk mendapatkan pemahaman mengenai intervensi.
Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa intervensi saja tidak akan mengubah tren pasar jika fundamental tidak berubah.