Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang menembus level Rp16.000 per dolar AS masih sedikit lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain.
Airlangga mengatakan, tingkat depresiasi mata uang yang lebih dalam dialami oleh Malaysia dan China, sementara yang lebih baik dari Indonesia, yaitu Korea Selatan dan Thailand.
“Indeks rupiah kita lihat, kalau kita bandingkan dengan berbagai negara lain, relatif kita sedikit lebih baik dari Malaysia juga China, yang lebih baik dari kita adalah salah satunya Korea Selatan dan Thailand,” katanya usai acara halalbihalal di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (16/4/2024).
Airlangga mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya utamanya ditopang oleh fundamental perekonomian yang masih kuat.
“Jadi kita yang tidak terdampak tinggi, tapi banyak negara yang lebih terdampak dari kita, karena fundamental kita relatif kuat,” jelasnya.
Bisnis mencatat, nilai tukar rupiah pada Selasa (16/4) dibuka melemah 353,50 poin atau 2,23% menuju level Rp16.201,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,14% menuju posisi 106,35.
Baca Juga
Pada kesempatan berbeda, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran.
Pertama, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh sentimen terkait rilis data fundamental AS, di mana inflasi dan penjualan ritel tercatat berada di atas ekspektasi pasar.
Edi mengatakan, perkembangan data AS tersebut semakin menunjukkan bahwa ekonomi negara itu masih cukup kuat.
Kedua, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel.
“Perkembangan tersebut menyebabkan semakin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging markets, khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS,” katanya.