Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan subsidi dan kompensasi BBM serta LPG 3 kilogram (kg) bakal makin melebar dari asumsi APBN 2024 akibat konflik Iran vs Israel.
Lewat simulasi yang disusun Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero), apabila harga Indonesia Crude Price (ICP) parkir di level US$100 per barel dengan kurs Rp15.900 maka anggaran subsidi dan kompensasi BBM serta LPG 3 Kg bakal melebar ke Rp356,14 triliun dari pagu yang disiapkan dalam APBN tahun ini.
Perinciannya, subsidi BBM dan kompensasi BBM naik ke level Rp249,86 triliun dari asumsi APBN 2024 di level Rp160,91 triliun. Sementara, subsidi LPG 3 Kg naik menjadi Rp106,28 triliun dari asumsi APBN 2024 sebesar Rp83,27 triliun.
Direktur Jendral Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan kementeriannya belum membuka opsi penyesuaian harga BBM dan harga LPG di tengah kemungkinan reli harga minyak mentah dunia imbas eskalasi Iran vs Israel pekan ini.
“Sampai saat ini belum, karena menurut saya sebaiknya kita step by step dalam hal kebijakan, dalam hal persiapan kemungkinan terburuk kita lakukan,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Seperti diketahui, sensitivitas asumsi dasar ekonomi makro (ADEM) APBN mengikuti pola setiap kenaikan ICP US$1 per barel bakal berdampak pada kenaikan PNBP Rp1,8 triliun, kenaikan subsidi energi Rp1,7 triliun dan kompensasi energi mencapai Rp5,3 triliun.
Baca Juga
Sementara, setiap kenaikan kurs rupiah Rp100 per dolar AS bakal berdampak pada PNBP sebesar Rp1,8 triliun, kenaikan subsidi energi Rp1,19 triliun dan kompensasi energi Rp3,89 triliun.
Di sisi lain, Tutuka berpendapat ketegangan antara Iran dan Israel tidak bakal berlangsung lama. Alasannya, kedua negara dan sekutu belakangan cenderung menurunkan tensi konflik tersebut.
“Dalam kebijakan keputusan jangan cepat-cepat, saat ini kami melihat spike jadi kalau spike tidak perlu direspon segera,” kata dia.
Kendati demikian, dia menegaskan, hitung-hitungan itu masih berupa simulasi dengan skenario premium risk. Menurut dia, eskalasi kedua negara relatif masih bisa dikendalikan saat ini.
“Amerika mengatakan kepada Israel jangan serang balik syarat formal walaupun di bawah ada ya tapi syarat formal itu memengaruhi, kemudian Iran mengatakan sekali tembakan, kondisi itu membuat mereda tidak berkelanjutan,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak mentah global naik tipis setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel pada akhir pekan kemarin. Kenaikan tertahan ini seiring adanya spekulasi bahwa konflik Iran-Israel akan tetap terkendali.
Mengutip Bloomberg, Senin (15/4/2024), harga minyak mentah Brent sempat naik 0,7% ke level US$91,05 per barel pada awal perdagangan Asia, sebelum akhirnya melandai.
Kemudian, Brent untuk kontrak Juni terpantau melemah 0,1% menjadi US$90,33 per barel pada pukul 06.31 waktu Singapura. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI) untuk kontrak Mei turun 0,2% menjadi US$85,5 per barel.
Minyak telah menjadi salah satu komoditas dengan performa terkuat tahun ini karena OPEC+ menjaga suplai yang ketat untuk menguras persediaan dan mendukung harga
Menjelang serangan akhir pekan Iran, para analis juga telah membahas kemungkinan bahwa harga minyak mentah dapat sekali lagi mencapai US$100 per barel.
Pekan lalu, OPEC menyatakan bahwa minyak perlu diawasi secara ketat dalam beberapa bulan mendatang untuk memastikan keseimbangan pasar yang sehat dan berkelanjutan.