Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Akui Serapan Gabah Petani Turun Drastis, Ini Penyebabnya

Penyerapan gabah oleh Perum Bulog hingga 14 April 2024 turun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Perum Bulog mengakui serapan gabah petani sepanjang 2024 turun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penyerapan gabah oleh Bulog hingga 14 April 2024 tercatat sekitar 120.000 ton. Jumlah tersebut setara dengan 64.000 ton beras.

Adapun sebanyak 46% dari jumlah gabah yang terserap dilakukan saat panen di April 2024. Penyerapan gabah dalam jumlah besar dilakukan Bulog di beberapa wilayah kerja mereka yang juga menjadi sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Selatan dan Yogyakarta.

Dalam keterangan resminya, Senin (15/4/2024), Perum Bulog mengakui bahwa penyerapan 64.000 ton beras petani pada periode awal tahun tersebut masih lebih rendah dibandingkan penyerapan beras petani pada periode Januari-April 2021 hingga 2023 yang rata-rata mencapai 375.000 ton.

Kendati begitu, Bulog mengeklaim bakal terus mengoptimalkan pengadaan beras dari dalam negeri seiring adanya panen raya yang masih berlangsung hingga Mei 2024.

Pihak Bulog beralasan, rendahnya penyerapan beras lokal tahun ini merupakan imbas dari adanya keterlambatan tanam dan panen raya karena dampak El Nino di tahun lalu. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa produksi beras pada kuartal I/2024 turun 17% dibandingkan periode yang sama 2023.

"Penurunan produksi beras merupakan konsekuensi dari penurunan luas panen padi dan produksi padi yang terdampak El Nino," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah, dikutip Selasa (16/4/2024).

Sebelumnya, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menyampaikan, penyerapan produksi dalam negeri ini bertujuan memenuhi kebutuhan persediaan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk memperkuat persediaan pangan nasional.

“Fleksibilitas harga gabah dan beras yang saat ini berlaku memungkinkan kami untuk melakukan pengadaan dalam negeri secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,” kata Suyamto dalam keterangan resmi, Jumat (5/4/2024).

Lebih lanjut Suyamto menyebut, adanya fleksibilitas harga juga dapat mensejahterakan petani melalui pembelian harga yang baik oleh Bulog. Adapun Badan Pangan Nasional (Bapanas) menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras. Penyesuaian harga mulai berlaku 3 April hingga 30 Juni 2024.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No. 167/2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.

Secara terperinci, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000 per kilogram naik menjadi Rp6.000 per kilogram. Lalu, gabah kering giling (GKG) di gudang Perum Bulog yang sebelumnya Rp6.300 per kg naik menjadi Rp7.400 per kilogram.

Sementara itu, HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 20%, dan butir menir maksimal 2% yang sebelumnya Rp9.950 per kilogram dipatok menjadi Rp11.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper