Pukulan Ganda Rupiah & IHSG?
4. Pelemahan Rupiah
Mata uang rupiah sempat turun hingga menembus Rp16.000 per dolar AS pada pekan ini. Menguatnya mata uang Paman Sam terjadi di tengah serangan Iran atas Israel.
Berdasarkan data Google Finance, rupiah bercokol di level Rp16.117 per dolar AS, Sabtu (13/4/2024). Rupiah pertama kali menyentuh level Rp16.000 pada perdagangan Rabu (10/4/2024). Pada awal pekan Lebaran, yakni Senin (8/4/2024), rupiah masih berada di level Rp15.913 per dolar AS.
Mengacu data Bloomberg pada perdagangan terakhir jelang libur Lebaran, yakni Jumat (5/4/2024), rupiah ditutup menguat 44 poin atau 0,28% ke Rp15.848. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,11% ke level 104,010.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, di tengah liburnya perdagangan domestik, rupiah secara internasional memang melemah hingga mencapai level Rp16.000 per dolar AS. Ia pun memproyeksikan nilai tukar rupiah itu bertahan hingga dibuka kembali perdagangan domestik pada pekan depan, Selasa (16/4/2024).
"Kemungkinan besar nanti dibuka bisa langsung ke Rp16.000 karena fluktuasi di libur panjang ini cukup tinggi,” kata Ibrahim kepada Bisnis, Jumat (12/4/2024).
Ibrahim menyebutkan, terdapat sentimen yang memengaruhi lesunya rupiah. Sentimen misalnya datang dari global saat tren dolar AS yang merangkak naik karena kondisi geopolitik serta data ekonomi AS yang jauh dari perkiraan ekonom.
Baca Juga
Selain itu, pasar keuangan saat ini sedang mengantisipasi bahwa The Fed akan menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang. Sebab, pasar global dikejutkan oleh data inflasi Maret di AS, di mana consumer price index (CPI) AS meningkat lebih dari perkiraan konsensus.
Kondisi itu akibat masyarakat di Negeri Paman Sam terus membayar lebih untuk biaya bahan bakar dan sewa perumahan.
Sementara, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 US$140,4 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Adapun, posisi cadangan devisa pada Januaridan Februari 2024, masing-masing tercatat sebesar US$145,1 miliar dan us$144,0 miliar.
Pelemahan rupiah akibat penguatan dolar AS membuat sederet emiten di pasar modal diuntungkan, dan sebaliknya beberapa lainnya tertekan.
Bisnis mencatat, terdapat beberapa emiten di pasar modal yang dapat mencatatkan keuntungan dari pelemahan rupiah ini. Emiten-emiten tersebut seperti emiten di sektor batu bara, minyak dan gas, dan emiten-emiten yang melakukan ekspor dan mencatatkan penjualan dalam dolar AS.
Sementara itu, emiten-emiten yang dirugikan saat pelemahan rupiah ini adalah emiten-emiten yang melakukan impor terhadap bahan bakunya.
5. Potensi Pelemahan IHSG
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali dibuka pada Selasa (16/4/2024) setelah libur selama sepekan ini. Lalu, bagaimana pergerakan IHSG setelah libur panjang Lebaran ini usai?
Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens dalam risetnya memperkirakan IHSG akan bergerak mendatar pada April 2024 ini, dengan kecendrungan melemah. Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pergerakan tersebut.
Pertama adalah inflasi yang masih tinggi, lalu resesi di beberapa negara, dan pelemahan nilai rupiah setelah outflow pada beberapa pekan terakhir.
Di sisi lain, kata dia, pelaku pasar mencermati keputusan The Fed yang menjaga suku bunga di level 5,25%-5,5% pada pertemuan Maret 2024. Selain itu, The Fed juga menegaskan pemangkasan suku bunga sebanyak 3 kali pada 2024.
Investor juga masih akan mencermati pergerakan harga minyak setelah Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lainnya menyatakan akan memperpanjang pemangkasan produksi secara sukarela hingga kuartal II/2024.
Selain itu, konflik Iran-Israel yang mencapai eskalasi baru dapat menjadi potensi ancaman bagi penguatan IHSG karena rentan terseret penurunan bursa Wall Street akibat krisis geopolitik di Timur Tengah.
Bloomberg melaporkan bursa saham akan menghadapi pekan baru dengan kekhawatiran tentang geopolitik, di mana banyak yang bergantung pada apakah serangan akhir pekan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Iran terhadap Israel itu akan memicu balasan dari Israel.
Padahal, para investor sudah terguncang oleh inflasi yang sulit diatasi dan prospek suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Kini eskalasi krisis di Timur Tengah kemungkinan akan menyebabkan volatilitas baru saat perdagangan kembali dibuka pada pekan ini.
Laporan Bloomberg menyebutkan ketika Hamas menyerang Israel pada Oktober, ketakutan terbesar pasar adalah Iran pada akhirnya akan terlibat dalam pertempuran tersebut. Sekarang, ketika konflik semakin meluas, banyak yang memprediksi harga minyak bisa melebihi US$100 per barel hingga penurunan di pasar saham.
"Reaksi alami investor adalah mencari aset aman dalam momen seperti ini. Reaksi akan agak tergantung pada respons Israel," kata Patrick Armstrong, chief investment officer di Plurimi Wealth LLP.