Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri mulai mengkhawatirkan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dapat mengerek naik biaya produksi.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah atau turun sebesar 0,13% atau 21 poin ke posisi Rp15.913 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (5/4/2024).
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan meski ongkos untuk impor bahan baku mulai melonjak, pihaknya meminimalisir dampak kenaikan harga kepada konsumen menjelang lebaran.
"Meskipun biaya naik belum tentu pengusaha bisa naikin harga jualnya. Tekanan kita cukup berat kalau tidak naik [harga] berat kalaupun naik juga berat," kata Firman saat dihubungi, Jumat (5/4/2024).
Menurut dia, stabilitas harga di momentum libur lebaran dan perputaran uang THR penting untuk dijaga sehingga tidak memengaruhi daya beli di pasar domestik.
Walaupun, Firman tak memungkiri bahwa industri sepatu berorientasi pasar domestik saat ini sebagian bahan bakunya masih harus di impor.
Baca Juga
"Tapi kalau pelemahan rupiah berpengaruh pada inflasi dan daya beli. Ujung-ujungnya pasti akan menggangu industri dan retail dalam negeri kita," tuturnya.
Lebih lanjut, Firman menilai untuk industri sepatu berorientasi ekspor baru akan berpengaruh ketika perlu bahan baku tambahan. Namun, ada keuntungan dari penjualan dan pembayarannya dalam bentuk dolar.
Hal yang sama juga disebutkan oleh Sekjen Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman yang mengatakan bahwa belum ada kenaikan harga jual elektronik ke konsumsen menjelang lebaran.
"Kami menjaga kestabilan harga serta suplai yang cukup tidak berlebih," ujarnya.